Pembaruan

Kejadian 7
Minggu ke-3 sesudah Paskah
Pembaruan yang dikerjakan Tuhan sudah dimulai. Nuh dipersiapkan bersama dengan keluarga serta binatang haram dan tidak haram (1). Seminggu sebelum hujan turun mereka sudah masuk ke dalam bahtera (4). Tepat seperti yang dikatakan Allah, hujan turun dengan lebat selama 40 hari 40 malam (12). Air semakin lama semakin banyak seperti air bah sehingga terjadi banjir semesta yang membuat bahtera terapung-apung (18). Banjir itu membuat semua ciptaan Tuhan tewas (23).
Banjir semesta melanda bumi dengan hebatnya. Kehebatan banjir itu digambarkan tingginya sampai melebihi semua gunung yang tinggi (19). Bahkan disebutkan ketinggian air di atas 15 hasta atau 7 meter dari gunung yang tinggi itu (20). Bumi kembali berada dalam kondisi yang kacau. Keteraturan yang telah ditata Tuhan dalam kisah penciptaan menjadi rusak karena Air Bah. Kekacauan itu terpaksa dilakukan demi memurnikan bumi agar sesuai kembali dengan rancangan Tuhan. Lewat kekacauan itu, seolah-olah ”penciptaan” kembali dirancang oleh Tuhan. Peristiwa kekacauan melalui Air Bah begitu mengerikan. Karena banjir semesta itu, semua makhluk hidup yang ada di darat maupun di udara mati. Hal itu terjadi karena memang Allah hendak menghapus semua yang pernah diciptakan-Nya (23) dan melakukan pembaruan atas bumi. Hanya Nuh, keluarganya dan segala makhluk yang ada di dalam bahtera yang merupakan ”kaum tersisa”. Nuh menjadi duta pembaruan Allah atas bumi ini. Peristiwa itu di satu sisi memperlihatkan kedahsyatan kuasa Allah, namun di sisi lain menunjukkan kepedulian Allah atas bumi. Kedahsyatan Allah membuat kita menyadari betapa kerdilnya kita di hadapan-Nya. Kepedulian Allah membuat Ia selalu berkarya untuk membarui tatanan di bumi.
Pembaruan sering kali mendapat penolakan. Tanpa pembaruan kehidupan kita akan tenggelam. Realitas yang ada di sekitar kita selalu mengalami perubahan. Dengan demikian, pembaruan adalah suatu keharusan. Kita dipanggil sebagai agen pembaruan Allah. Hal itu diawali dengan pembaruan diri sendiri.
Addi S. Patriabara
Scripture Union Indonesia © 2017.