Riwayat Nuh

Kejadian 6:9-22
Minggu ke-3 sesudah Paskah
Secara khusus riwayat Nuh diceritakan dengan agak rinci. Nuh disebutkan sebagai pribadi yang taat kepada Tuhan (9). Ia memiliki tiga orang anak, yaitu: Sem, Ham, dan Yafet (10). Kepadanya Tuhan memerintahkan agar Nuh membuat bahtera yang besar dan bertingkat (15). Itu sebabnya kapal itu harus menggunakan kayu yang kuat (14). Tuhan juga memerintahkan agar Nuh, istri, anak-anaknya, dan segala makhluk hidup lainnya diambil berpasang-pasangan untuk masuk ke dalam bahtera.
Allah telah membuat keputusan untuk mengakhiri kekerasan dan kejahatan di bumi. Hanya saja tidak semuanya akan dibinasakan. Nuh dan keluarganya merupakan salah satunya. Nuh, seorang yang benar dan tidak bercela, justru menjadi jalan untuk menyelamatkan makhluk hidup lainnya. Kesalehan Nuh terlihat dalam kehidupan ibadah maupun sosialnya. Kemampuan yang luar biasa itu–seperti juga pada diri Henokh–terletak pada kehidupan Nuh yang bergaul dengan Allah (9). Hal itu terlihat ketika Nuh diminta oleh Tuhan membuat bahtera besar. Nuh menaati dan melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan (22). Menariknya, semua itu dikerjakan Nuh tanpa mengeluh atau pun protes. Ia tidak bertanya untuk tujuan apa membuat kapal sebesar itu. Atau mengeluh betapa sulitnya membuat bahtera yang sedemikian besar. Dalam hal ini Nuh ditampilkan sebagai pribadi seorang yang rajin bekerja dan bukan pintar berbicara atau membual. Baginya, rencana Tuhan adalah yang terbaik bagi hidup dan keluarganya.
Memang tidak gampang mencari orang yang banyak bekerja, tetapi sedikit berbicara. Lebih gampang mendapatkan orang yang pintar bicara, membual, menggosip, dan menjilat orang lain, namun sedikit bekerja. Akibatnya kehidupan kita dipenuhi dengan kata-kata caci maki, fitnah, dusta, dan menebar kebencian. Nuh menjadi contoh yang baik bagi kita. Bagaimana ia bekerja dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab sebagai tanda ketaatan dan kesetiaannya kepada Tuhan. Sungguh teladan semacam ini sangat dibutuhkan oleh generasi muda pada era digital dan informasi.
Addi S. Patriabara
Scripture Union Indonesia © 2017.