Takut akan Allah, Bukan pada Manusia

Amsal 29:16-27

Manusia cenderung takut kepada manusia daripada takut akan Allah. Tidak mengherankan Amsal berkata jika orang fasik bertambah, maka bertambah pula pelanggaran (16). Artinya, pengaruh mereka semakin besar. Mereka dapat memengaruhi orang yang tadinya tidak mau berbuat jahat ikut melakukan kejahatan, sehingga kawanan orang fasik bertambah. Walaupun orang fasik kelihatan berkuasa dan membuat banyak orang takut dan ikut berbuat jahat, amsal mengajarkan bahwa ketakutan itu hanya mendatangkan jerat. Tetapi siapa percaya kepada TUHAN pasti dilindungi (25).


Kita harus menyadari bahwa seberapa besar kuasa orang fasik, pada akhirnya kefasikan mereka akan menjadi jerat bagi dirinya. Orang benar akan menang atas mereka. Contohnya, Haman yang jahat dan sangat berkuasa berencana membunuh Mordekhai dan membinasakan seluruh bangsa Yahudi. Dengan dukungan dari raja Persia, Haman akan mewujudkan rencananya. Akhirnya, ia dihukum gantung pada tiang gantungan yang dibuatnya untuk menggantung Mordekhai (Est. 7:10).


Pemerintah adalah instansi manusia yang sangat berkuasa di muka bumi. Karena itu, banyak orang lebih takut kepada pemerintah dan mencari muka pada pemerintah (26). Tetapi, kita harus menyadari bahwa semua pemerintah di dunia berada di bawah kekuasaan Allah. "Tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah" (Rm. 13:1). Akhirnya, pemerintah turut bertanggung jawab kepada Allah (bdk. Allah meminta pertanggungjawaban kota Niniwe, Yun. 1:1-2), dan "dari TUHAN orang menerima keadilan" (26).


Dengan demikian, kita harus menyadari bahwa seberapa besar kuasa seseorang atau sebuah pemerintahan, kekuasaan tersebut tetap ada dalam kedaulatan dan kontrol Allah. Pada akhirnya, kita semua akan mendapatkan penghakiman dari Allah. Kita harus lebih takut kepada Allah, daripada takut kepada manusia. [IT]

Scripture Union Indonesia © 2017.