Tuhan, Hakim yang Adil

Mazmur 35

Pernahkah Anda diperlakukan dengan jahat oleh orang-orang yang anda perlakukan dengan baik? Dalam ketidakmengertian atas perbuatan mereka, apa yang biasanya kita lakukan? Mengutuki, bersungut-sungut, mengecam, menyimpan dendam, atau mencari cara untuk membalas perbuatan mereka dengan lebih kejam?


Daud pernah mengalaminya. Orang-orang yang selama ini diperlakukan baik olehnya justru membalasnya dengan kejahatan, antara lain: mereka ingin mencabut nyawanya (4a), merancangkan kecelakaan baginya (4b), tanpa alasan menjebaknya (7), menuntutnya (11), menistanya terus-menerus (15), mengolok-oloknya (16), memusuhinya tanpa sebab (19), dan menipunya (20). Padahal Daud tidak tahu apa kesalahan yang telah ia perbuat (11). Ia berbuat baik kepada mereka (12) dan menemani mereka yang sakit (13-14). Karena perbuatan jahat yang tanpa alasan itu, Daud merasa hidupnya telah dirusak habis-habisan (17).


Menariknya, dalam ketidakmengertiannya atas kejahatan yang dialaminya, Daud tidak menyalahkan Tuhan. Ya, ia marah terhadap orang-orang yang telah berbuat jahat itu. Ia sakit hati atas kekejian mereka. Ia merasa dikhianati karena perbuatan baiknya dibalas dengan kejahatan. Tetapi semua kemarahan, sakit hati, dan perasaan dikhianati itu diserahkan kepada Allahnya.


Kesadaran bahwa Tuhan adalah Hakim yang adil (24), membuat Daud menyerahkan perkaranya kepada-Nya. Daud paham, pembalasan bukanlah haknya, melainkan hak Tuhan. Daud belum jelas apa yang akan Allah lakukan atas perkaranya, dan entah sampai berapa lama Daud mengalami semuanya kejahatan itu (17). Namun Daud tetap bersorak-sorak karena Tuhan (9) dan bersyukur kepada-Nya (18). Daud menutup mazmur ini dengan doksologi yang agung atas kebesaran Tuhan (27-28).


Orang-orang di sekitar kita bisa berbuat jahat dan menyakitkan, tetapi percayalah bahwa kita punya sang Hakim yang adil. Bagian kita adalah menyerahkan hidup sepenuhnya ke dalam tangan-Nya, maka Ia akan bertindak. [MF]

Scripture Union Indonesia © 2017.