Menjalani proses

Lukas 2:41-52

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang tua Yesus? Tentu tidak mudah. Mungkin begitu pula yang dirasakan Yusuf dan Maria.


Perjanjian Lama menyatakan bahwa seorang laki-laki Yahudi harus menghadap hadirat Tuhan sebanyak tiga kali dalam setahun, yaitu pada hari raya Roti Tidak Beragi, hari raya Tujuh Minggu, dan hari raya Pondok Daud (Ul. 16:16). Pada masa Yesus, orang-orang yang tinggal jauh dari Yerusalem biasanya menghadiri satu hari raya saja.


Pada waktu itu, Yusuf dan Maria harus melakukan perjalanan sekitar 80 mil jauhnya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah (41). Saat itu Yesus pergi bersama mereka. Kita tidak tahu apakah ini perjalanan pertama Yesus atau bukan, tetapi pasti menyenangkan pergi ke kota besar untuk sebuah perayaan. Sesudah perayaan selesai dan mereka dalam perjalanan pulang, barulah Yusuf dan Maria menyadari bahwa Yesus tidak ada bersama mereka (44-45). Jika Anda pernah merasakan kehilangan anak, Anda akan tahu kepanikan yang muncul. Pikiran Anda akan dipenuhi dengan bayangan terburuk, bahwa ia diculik, bahwa ia mengalami kecelakaan, dan bayangan lain yang berujung buruk, yaitu tidak akan bertemu lagi dengan anak itu untuk selamanya. Maka bayangkanlah perasaan Maria saat menemui Yesus di Bait Allah, mungkin campuran antara rasa lega sekaligus jengkel dan marah. Respons Yesus kemudian tidak dapat dipahami oleh Yusuf dan Maria. Namun kisah ini dan khususnya jawaban Yesus memperlihatkan bagian hidupnya sebagai manusia dan sebagai Anak Allah yang menggenapi kehendak Bapa. Dan bagi Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, adalah penting untuk bertumbuh secara manusia, baik fisik maupun kerohanian (40), dalam rangka mempersiapkan diri untuk pelayanan-Nya delapan belas tahun kemudian.


Jika begitu lama proses yang harus dilalui Yesus sebelum melayani, mengapa kita suka melakukan sesuatu tanpa proses? Misalnya, kita ingin segera melayani tanpa mau belajar lebih dahulu. Mengakhiri tahun ini, mari bertekad untuk menjadi murid yang tekun dalam proses belajar dari Sang Guru.

Scripture Union Indonesia © 2017.