Allah yang berdaulat

1 Samuel 9:1-27

Alkitab melukiskan asal usul Saul sebagai orang yang berasal dari kaum berada, memiliki ketampanan dan sosok fisik yang sangat mengagumkan. Sungguh suatu gambaran yang menjanjikan dari seorang calon raja. Namun, Alkitab tidak berbicara sedikit pun tentang kerohanian Saul. Alkitab bungkam tentang bagaimana Saul bergaul dengan Allah dalam kesehariannya. Penuturan Alkitab ini seolah ingin menekankan kesamaan antara sosok Saul yang ?tidak rohani? dengan sosok bangsa Israel yang menolak seorang pemimpin rohani. Meskipun Saul dilukiskan sebagai orang yang istimewa dari sudut pandang manusia, tetapi ?kerohanian? Saul dan bangsa Israel ada pada titik yang rendah.


Meskipun permintaan akan seorang raja merupakan tanda penolakan terhadap Allah. Namun Allah tetap memiliki kedaulatan penuh untuk mengatur segala sesuatu yang harus terjadi di dalam sejarah kehidupan orang Israel. Allah adalah Dia yang berdaulat, tidak ada seorang pun yang dapat mengatur Allah, melainkan justru Dialah yang mengatur jalan hidup manusia.


Melalui peristiwa yang sederhana, kehilangan keledai, Saul dipimpin Allah untuk bertemu dengan Samuel dan dengan demikian bertemu dengan jalan hidupnya yang baru, sebagai raja Israel. Melalui penuturan ini, Alkitab mengingatkan kita tentang siapakah Perancang kehidupan manusia yang sesungguhnya. Jika dalam bagian yang sebelumnya kita melihat bagaimana Israel ingin mengambil jalannya sendiri melalui permintaan akan seorang raja, maka dalam bagian ini kita akan melihat bahwa Allahlah yang menetapkan Saul untuk menjadi raja, bukan bangsa Israel.


Manusia seringkali berpikir bahwa hidupnya adalah miliknya sendiri. Sehingga dengan demikian mereka merasa bebas untuk melakukan dan memutuskan segala sesuatu di dalam hidup ini. Dalam kesombongannya, manusia berpikir bahwa dirinya cukup berkuasa untuk menolak Allah. Namun Alkitab mengajar kita bahwa kedaulatan Allah mengalahkan segala kuasa yang ada di bumi ini.

Scripture Union Indonesia © 2017.