Mengandalkan keadilan Tuhan

Mazmur 129

Bolehkah kita mengutuk musuh-musuh Tuhan? PL banyak berisikan kalimat kutuk. Baik kutuk yang ditujukan kepada umat Tuhan, saat mereka tidak setia pada Perjanjian Sinai (Ul. 27:12-26; 28:15-46) maupun kutuk untuk para musuh (Bil. 24:15-24). Di PB, Paulus pernah melontarkan kutuk terhadap orang yang memberitakan Injil yang sesat (Gal. 1:8-9). Ingat juga ucapan kutuk dari mulut Yesus (Mrk. 11:12-14, 20-21).


Mazmur ini juga memuat kutuk untuk musuh umat (5-8). Sepanjang sejarah Israel, bahkan sejak berdirinya sebagai sebuah bangsa, mereka telah mengalami berbagai penderitaan karena ulah bangsa-bangsa lain. Frasa "...sejak masa mudaku..." sepertinya menunjuk pada masa Israel di Mesir dalam keadaan diperbudak (bdk. Hos. 11:1). Penderitaan mereka digambarkan dengan ungkapan ?pembajak membajak di atas punggung mereka? (3). Gambaran yang mengerikan ini mungkin bisa dibayangkan sebagai cambuk pengerah yang melukai punggung para budak (Kel. 5:14). Namun, penderitaan yang dialami Israel tidak membuat mereka menjadi hancur karena Allah yang mereka percayai ialah Allah yang adil dan berdaulat.


Dalam konteks keadilan Allah ini, baris-baris kutuk dilontarkan. Tidak terlihat dendam maupun rencana pembalasan pribadi. Yang ada ialah agar keadilan Allah ditegakkan dan musuh menerima ganjaran setimpal, sesuai ?kutuk? yang ada di janji kepada Abraham (Kej. 12:3).


Bolehkah kita mengutuk musuh-musuh Allah? Yesus mengajar kita untuk berdoa bagi orang yang menganiaya kita dalam kasih Ilahi. Apakah keduanya bertentangan? Tidak! Bukankah Ia sudah menerima kutuk dosa agar kita, yang harusnya terkutuk, justru menerima berkat pengampunan dan pemulihan? Kalau begitu kita bisa mengampuni musuh-musuh Tuhan tanpa menyalahi keadilan Allah. Di kayu salib, Kristus berkata, "Ya Bapa ampunilah mereka..." (Luk. 23:24).

Scripture Union Indonesia © 2017.