Upah nabi palsu

2 Petrus 2:10b-22

Paparan di perikop ini sungguh menggentarkan hati. Setara mungkin kalau kita membaca Roma 1:18-32 ketika Paulus memaparkan kekejian orang yang hidup dikuasai oleh nafsu dosa yang begitu menjijikkan tanpa kenal malu. Para pengajar sesat di sini diumpamakan Petrus sebagai binatang yang tidak berakal (12).


Mengapa mereka bisa berperilaku demikian? Sama seperti yang dikatakan Paulus di Roma 1:18, mereka "menindas kebenaran dengan kelaliman". Petrus di sini menuduh mereka angkuh (10b, 18) dan penuh penghujatan kepada Allah. Para malaikat dalam kegeraman mereka terhadap orang-orang ini tetap menjaga kata-kata mereka di hadapan Allah. Orang-orang ini seperti tidak punya kepekaan apa-apa terhadap kekudusan dan kemuliaan Allah. Mereka melakukan dosa tanpa merasa ngeri atau jijik. Mereka memperdaya orang lain dengan hawa nafsu (14, 18-19) tanpa merasa bahwa perbuatan mereka lebih pantas dilakukan oleh binatang liar. Ilustrasi kebebalan mereka adalah Bileam, yang walaupun sudah dinasihati oleh keledainya, tetap saja memilih mengutuki umat Tuhan demi mendapat upah (lihat Bil. 22-23).


Yang lebih mengerikan lagi adalah mereka berasal dari tengah-tengah jemaat yang sudah menerima dan mengalami banyak anugerah Tuhan, mencicipi keselamatan dari Tuhan, akan tetapi kemudian sengaja meninggalkannya demi mengikuti hawa nafsu kedagingan mereka (20). Peribahasa yang tepat untuk mereka adalah, "seperti anjing kembali ke muntahannya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya." Tuhan pasti membinasakan mereka karena perbuatan mereka adalah murtad dan memurtadkan orang lain juga.


Mudah-mudahan bukan kita yang dimaksud oleh Petrus. Namun, kita harus berjaga-jaga senantiasa. Kita harus hidup dalam kekudusan dan kebenaran, menjaga diri dari godaan untuk melampiaskan hawa nafsu kedagingan. Hanya satu cara untuk tidak terjebak ke dalam nafsu duniawi, bersekutu terus dengan Tuhan lewat membaca-gali Alkitab dan berdoa.

Scripture Union Indonesia © 2017.