Orang fasik atau orang benar

Mazmur 36

Dalam beberapa hal, Mazmur 36 memiliki kesamaan dengan Mazmur 1. Keduanya bisa dikategorikan sebagai mazmur hikmat karena membicarakan tentang perbedaan orang benar dan orang fasik. Hanya saja, kalau Mazmur 1 mulai dengan orang benar (1:1-3) baru orang fasik (1:4-5) lalu disimpulkan (1:6). Mazmur ini kebalikannya, mulai dari orang fasik (2-5), lalu orang benar (6-10), dan disimpulkan (11-13).


Mazmur 36 mulai dengan satu keunikan: dosa bertutur. Di tempat lain kata ?bertutur? ini biasa dikenakan pada subyek Allah, atau nabi-Nya. Jadi di sini, dosa dipersonifikasi menjadi sosok yang memerintah di hati orang fasik. Itulah yang terjadi pada orang yang menolak Allah berotoritas atas hidupnya. Hidup orang tersebut dikendalikan oleh dosa! Akibatnya jelas, kesalahannya tidak bisa ditutup-tutupi (3). Seluruh hidupnya penuh kejahatan, bahkan sampai ke tempat tidurnya, bagian paling pribadi dari kehidupannya diwarnai dan dikuasai dosa (5).


Sebaliknya orang yang hidupnya menaruh Tuhan dalam hatinya sebagai Raja akan mengalami kasih setia dan keadilan-Nya (6-8). Merekalah yang akan menikmati hidup ini dari sumber hayat yang tak habis-habisnya (10). Hidup seperti ini, apalagi yang dapat diharapkan? Itulah sebabnya pada bagian penutup (11-13), pemazmur meminta agar kasih setia Tuhan tetap dicurahkan kepada orang benar, sementara itu biarlah mereka yang jahat menerima hukumannya sepadan.


Mazmur ini mengajak kita untuk merefleksi diri, apakah kita orang fasik atau orang benar. Siapa Raja di dalam hidup kita? Diri sendiri atau Tuhan? Bila kita sungguh anak Tuhan, adakah kehidupan kita membuktikannya? Akan tetapi, kita tidak perlu seperti pemazmur yang memohon agar orang fasik dibinasakan. Kita bisa mendoakan mereka, agar dalam belas kasih Allah, karunia keselamatan dari Tuhan Yesus juga berlaku atas mereka!

Scripture Union Indonesia © 2017.