Berani bereskan masalah

2 Samuel 14:25-33

Seorang mantan narapidana merasa enggan untuk datang


lagi ke gereja pada hari Minggu, berikutnya, karena pada hari Minggu, saat ia datang, semua mata jemaat yang hadir seolah-olah tertuju kepada dia. Masih mending kalau mereka kemudian menyambut dia, setidaknya mereka bersedia melontarkan senyum. Namun gerak gerik mereka memperlihatkan bahwa mereka takut kalau ada barang milik mereka yang raib karena kedatangannya. Menyakitkan rasanya.


Mungkin seperti itu pula perasaan Absalom. Kehadirannya di wilayah kerajaan Daud, ayahnya, memang telah diterima dengan baik. Namun setelah dua tahun ia berada kembali di Yerusalem, tak sekali pun ia menemui sang raja (28). Sebagai anak, mungkin Absalom merasa janggal dengan situasi itu. Dengan diterimanya kembali ia tinggal di Yerusalem, mungkin ia mengira bahwa ayahnya telah mengampuni dan bersedia menerima dia kembali sepenuhnya. Maka karena situasi itu tidak mendatangkan damai sejahtera di hatinya, Absalom bermaksud menanyakan hal itu kepada Yoab.


Yoab, yang semula tidak bersedia memenuhi undangan Absalom, akhirnya datang juga menemui Absalom meski karena terpaksa (30-31). Entah karena ia khawatir pada tindakan Absalom selanjutnya atau karena ia memang bersedia menjadi juru damai antara ayah dan anak itu, maka ia pun menemui Daud dan menyampaikan isi hati Absalom. Mendengar penuturan Yoab, hati Daud pun luluh dan bersedia menemui Absalom kembali (33).


Memang tidak mudah menemui orang yang kepadanya, kita telah melakukan kesalahan. Akan ada rasa sungkan dan malu karena kita telah berlaku bodoh terhadap dia. Atau bisa juga ego menghalangi kita untuk merendahkan diri dengan cara demikian. Namun sikap Absalom memperlihatkan kepada kita bahwa butuh keberanian untuk membereskan masalah, mengakui kesalahan, dan kemudian berdamai dengan orang, yang kepadanya kita telah bersalah. Bila ada konsekwensi yang harus kita tanggung, terimalah.

Scripture Union Indonesia © 2017.