Kabar tentang mukjizat yang dilakukan oleh Yesus menarik perhatian
orang banyak dari berbagai wilayah, baik wilayah Yahudi maupun
nonYahudi. Berbagai upaya mereka lakukan agar dapat menemui Dia,
bahkan untuk menyentuh Dia supaya mengalami langsung mukjizat
tersebut (ayat 7). Sayangnya, kesediaan mereka mengikut Yesus
hanya karena tertarik pada mukjizat yang dilakukan Yesus (ayat
8b) menggunakan kata kerja yang menegaskan ketertarikan mereka
pada perbuatan Yesus). Itu sebabnya Tuhan mengambil jarak,
menghindar dari orang banyak dengan naik ke perahu (ayat 9).
Hampir senada dengan itu, Yesus juga melarang keras pengakuan
roh-roh jahat bahwa Ia adalah Anak Allah (ayat 11).
Mungkin kita akan bertanya-tanya, mengapa Tuhan menghindari desakan
orang banyak dan juga melarang pengakuan tentang identitas-Nya?
Bukankah Yesus sesungguhnya adalah Anak Allah? Memang benar. Akan
tetapi, status Anak Allah bukan hanya dinyatakan dalam bentuk
demonstrasi kuasa atau mukjizat yang spektakuler. Kemesiasan
Yesus di-nyatakan juga melalui penderitaan atau jalan salib, yang
jelas tidak populer. Mukjizat penyembuhan dan pengusiran roh-roh
jahat merupakan bagian dari rencana yang besar, yaitu mewujudkan
pemerintahan Allah di dunia. Ini hanya terwujud melalui
salib-Nya. Tuhan mengingat bahwa para murid belum memahami
prinsip ini dengan jelas. Sebab bila mereka salah memahami, maka
bisa saja mereka jadi memiliki motivasi yang salah, seperti yang
terjadi pada orang banyak. Dan itulah yang diharapkan oleh
roh-roh jahat.
Bagaimana dengan Anda? Menjadi pengikut Yesus karena mencari mukjizat
atau ada alasan lain? Tahukah Anda bahwa Yesus bukan hanya
melakukan mukjizat, tetapi juga menekankan pentingnya pengenalan
yang utuh tentang diri-Nya?
Renungkan: Menyukai kegiatan rohani yang spektakuler tidak menjamin
bahwa kita adalah pengikut Tuhan yang sejati. Pengikut Tuhan yang
sejati akan mengenal dan menaati Tuhan seperti yang Tuhan
nyatakan dalam peringatan-Nya.