Takut dalam krisis

Lukas 8:22-39

Takut bisa berarti rasa segan dan hormat, misalnya kepada Allah.
Selain itu takut juga bisa berarti gentar menghadapi sesuatu yang
akan mendatangkan bencana.


Rasa takut dengan kedua makna tersebut muncul dalam diri para murid
Yesus. Mulanya mereka takut karena badai yang mengancam nyawa
mereka (23). Rasa takut itu mendorong mereka untuk membangunkan
Yesus yang sedang tidur di tengah kehebohan situasi akibat badai
(24). Kemudian muncul rasa takut yang lain pada Yesus tatkala Ia
meredakan badai yang melanda saat mereka berada di tengah danau.
Mereka heran karena badai yang demikian hebat pun tunduk pada
Yesus (25). Maka Yesus pun menegur mereka karena perkataan dan
sikap mereka terhadap Yesus tidak menunjukkan iman yang
seharusnya mereka miliki sebagai pengikut-Nya. Ketakutan membuat
mereka tidak dapat melihat kehadiran dan pemeliharaan Tuhan atas
mereka.


Rasa takut muncul juga dalam diri orang Gerasa (37) setelah mendengar
cerita para penjaga babi tentang Yesus yang telah mengusir
setan-setan dari diri orang yang kerasukan setan, yang biasanya
tinggal di pekuburan (27). Ini membuat mereka meminta agar Yesus
meninggalkan mereka (37). Tampaknya rasa takut yang mereka miliki
sama dengan rasa takut yang dimiliki setan-setan yang mendiami
orang yang kerasukan itu, yakni takut karena merasa tidak aman
bila Yesus ada di dekat mereka. Mungkin mereka lebih suka bila
orang itu tetap kerasukan daripada menjadi sembuh dan kemudian
kembali ke masyarakat (39).


Kita lihat bagaimana rasa takut yang muncul dalam situasi krisis yang
mereka hadapi memperlihatkan tidak adanya iman dalam diri mereka.
Bagaimana dengan kita? Kiranya melalui berbagai situasi krisis
yang kita hadapi, kita dapat melihat adakah iman kita kepada
Kristus?


Ingatlah: Sebagai pengikut-Nya, iman mutlak ada dalam diri
kita karena dari imanlah mengalir ketaatan dan tanpa iman tidak
seorang pun dapat menyukakan hati Allah.

Scripture Union Indonesia © 2017.