Pujian dan belas kasih

Lukas 7:1-17

Yesus jarang memuji. Oleh karena itu setiap pujian yang keluar dari
mulut-Nya perlu mendapat perhatian serius. Hal apa dari si
perwira Kapernaum yang membuat Yesus "heran" dan memuji imannya
yang Ia bandingkan dengan iman orang-orang Israel (9)?


Perwira ini adalah seorang nonYahudi. Mungkin ia seorang penganut
agama Yahudi, atau paling sedikit simpatisannya. Ini dapat
dilihat dari dukungan yang diberikan oleh beberapa tua-tua Yahudi
terhadap dirinya (3-5). Namun, bukan ini yang menjadi alasan
Yesus memuji dirinya. Dalam ranking kemiliteran Romawi, perwira
ini memimpin kurang lebih 100 prajurit. Ia perwira dalam pasukan
Herodes Antipas. Ia sendiri juga memiliki atasan yang kepadanya
ia harus tunduk. Cara perwira ini memperlakukan Yesus adalah
seperti memperlakukan atasannya. Ia sadar bahwa dirinya tidak
layak dikunjungi oleh Yesus, sebaliknya, ia percaya Yesus
berotoritas atas dirinya, jauh melampaui otoritas atasannya di
pasukan Herodes. Yesus memiliki otoritas atas hidupnya dan
aspek-aspek kehidupannya, termasuk atas sehat-sakitnya
hamba-hambanya. Atas dasar itulah si perwira meminta Yesus
berkenan memerintahkan kesembuhan bagi hambanya tersebut. Ini
yang Yesus puji dari iman perwira tersebut. Perwira ini memiliki
iman yang bukan sekadar percaya, tetapi memercayakan diri kepada
Yesus.


Yesus memiliki otoritas atas hidup manusia. Kesembuhan yang dialami
si hamba adalah bukti nyata. Yesus bukan hanya berotoritas, Ia
juga peduli dengan hidup manusia. Ia peduli dengan kepedihan hati
janda Nain yang kehilangan anak laki tunggalnya (13-15). Dua hal
tersebut dari Yesus seharusnya mendorong kita mengembangkan iman
yang sepenuhnya percaya dan berserah pada Dia. Iman sedemikian
akan mewujud dalam ketaatan dan dalam mengantisipasi tindakan
kasih-Nya.


Renungkan: Iman sejati senantiasa tunduk pada rencana Tuhan
dan percaya pada belas kasih-Nya yang tak terbatas.

Scripture Union Indonesia © 2017.