Dampak bertemu Tuhan

Roma 15:1-7

Tidak selalu mudah bagi kita untuk menemukan realisasi makna
“kerukunan”, bahkan dalam hidup berjemaat. Padahal gereja yang sehat
adalah gereja yang jemaatnya hidup dalam kerukunan, yaitu situasi saat
seluruh anggota bersatu hati dan bersuara memuliakan Tuhan (6).


Paulus melanjutkan pengajarannya kepada jemaat di Roma mengenai
kehidupan berjemaat. Sebelumnya ia telah mengingatkan jemaat di Roma
untuk tidak saling menghakimi (14:1-13a) dan tidak menjadi batu
sandungan bagi sesama (14:13b-23). Kini Paulus meminta jemaat Roma
untuk aktif menciptakan kerukunan. Dasar dari pengajaran dan tuntutan
kerukunan ini adalah hidup Kristus sendiri (15:3, 7).


Tindakan aktif pertama yang dapat dilakukan adalah menanggung beban
sesama kita (1). Pepatah mengatakan, “Berat sama dipikul, ringan sama
dijinjing.” Golongan kuat kemungkinan besar adalah kaum berada,
sebaliknya golongan lemah adalah kaum miskin. Saling menolong dan
menanggung beban bahkan akan meruntuhkan batas-batas di antara umat
manusia yang saling bermusuhan. Kedua, orientasi hidup orang Kristen
seharusnya tidak berpusat pada apa yang menguntungkan dirinya sendiri,
tetapi apa yang membawa kebaikan dan membangun orang lain (2). Semakin
dewasa iman kita, semakin kita memikirkan kebaikan dan kemajuan orang
lain yang ada di sekitar kita. Ketiga, kerukunan terjadi pada saat
kita merelakan diri menerima orang lain dengan kelebihan dan
kekurangannya (7).


Kristus adalah sumber iman Kristen yang memberikan contoh bahwa
hidup-Nya bukanlah untuk menyenangkan diri-Nya sendiri. Kristus bahkan
menerima cercaan dan hinaan demi keselamatan kita semua (3). Ingatlah,
Kristus menerima kita bukan karena kita hebat dan memiliki kelebihan,
tetapi justru pada saat kita najis oleh dosa.


Doa: Tuhan, pakailah aku menjadi alat-Mu dalam menciptakan
kerukunan di tengah-tengah keluarga, gereja dan lingkungan sekitarku.

Scripture Union Indonesia © 2017.