Bangkit dari kegagalan

Yosua 8:1-35

Kekalahan dan melaluinya, merupakan pengalaman yang berharga bagi
seseorang agar ia belajar tidak percaya diri berlebihan dan tidak
sembarangan dalam bertindak. Bagi umat Tuhan, kalah atau gagal
diizinkan terjadi oleh Tuhan yang mengasihi mereka. Tuhan ingin kita
lebih mengandalkan Dia dan lebih setia pada firman-Nya.


Nasi sudah jadi bubur. Karena itu tidak ada gunanya hanya menyesali
kegagalan. Setelah sadar akan kesalahan dan menyesalinya, harus
dilanjutkan dengan pertobatan yang sungguh-sungguh dan upaya
memperbaiki hal-hal yang bisa diperbaiki. Itulah yang diperintahkan
Tuhan kepada Israel. Kini mereka kembali menyiapkan peperangan melawan
Ai. Dengan menyiapkan pasukan tiga puluh ribu, mereka tidak lagi
memandang remeh musuh (3). Kali ini Tuhan mengizinkan mereka menjarah
(2) dan mengajarkan mereka strategi yang sama sekali berbeda dari
strategi ketika mereka menaklukkan Yerikho. Tuhan menggunakan taktik
menjebak musuh yang terlena oleh kemenangan mereka yang terdahulu (14-
17). Namun, kunci kemenangan Israel ada pada menaati mutlak firman
Tuhan (8).


Kegagalan menjadi peringatan akan pentingnya berfokus terus-menerus
kepada Tuhan bukan kepada diri sendiri. Itulah yang umat Israel
lakukan dengan upacara persembahan kurban serta pembacaan Hukum Taurat
di Gunung Ebal (30-32, Ul. 27:2-8). Tindakan ini merupakan bukti
formal pertobatan sejati umat serta komitmen untuk tidak lagi
mengulang kebodohan itu.


Tidak ada orang yang tidak pernah gagal. Kita akan dapat bangkit
dari kegagalan apabila kita jujur kepada Allah dan membuka diri kepada
pengajaran dan pertolongan-Nya. Allah yang tidak pernah gagal itu
mampu mengubah kegagalan menjadi bagian dari perwujudan rencana-Nya di
dalam hidup umat-Nya.


Responsku:
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________

Scripture Union Indonesia © 2017.