Derita Yesus dahsyat tak terselami

Matius 27:27-56


Kisah ini memaparkan tiga aspek penderitaan yang Yesus alami.
Tak ada manusia biasa mampu seperti Yesus menanggung penderitaan
fisik yang begitu kejam, penderitaan karena penolakan
orang-orang yang dikasihi-Nya, dan penderitaan rohani ketika
Allah memperlakukan Dia sebagai orang berdosa. Yesus rela
menanggung semua itu demi menaati kehendak Allah dan kasih-Nya
kepada manusia.


Penyaliban adalah salah satu bentuk hukuman mati yang paling sadis
yang pernah diciptakan manusia. Tujuan penyaliban itu adalah
membuat terhukum mati perlahan-lahan dalam penderitaan yang tak
tertahankan. Berbagai penyiksaan baik sebelum maupun selama
penyaliban harus Ia tanggung (ayat 27-37). Namun, penderitaan
fisik ini belum seberat dua aspek penderitaan berikutnya.
Penderitaan penolakan yang Yesus tanggung berasal dari para
lawan-Nya maupun orang banyak yang dulu pernah menikmati
pelayanan kasih-Nya (ayat 39-44). Jurang terdalam penderitaan
rohani Yesus adalah ketika Ia berteriak: "Allah-Ku, Allah-Ku,
mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (ayat 45-46). Tak seorang pun
mampu menyelami penderitaan yang Yesus alami itu. Siksa
keterpisahan manusia dari Allah dalam neraka kelak, itulah yang
mungkin Yesus rasakan saat itu.


Kedahsyatan penderitaan Yesus terungkap dalam berbagai gejala alam
dan kejadian mengerikan yakni langit menjadi gelap, kubur
terbuka, gempa bumi, dan tercabiknya tabir Bait Suci yang
memisahkan ruang kudus dan ruang maha kudus. Gejala-gejala ini
menyatakan bahwa segenap realitas ciptaan Allah tergoncang oleh
dahsyatnya kematian Yesus. Namun, penderitaan Yesus ini
membuahkan hasil yang tak mungkin dapat manusia impikan
sebelumnya. Kekuatan dosa dan maut telah dihancurkan oleh
kematian Yesus. Sejak saat itu manusia tidak perlu lagi hidup
jauh dari Allah.


Renungkan:
Semua pemisah manusia dari Allah telah Yesus singkirkan melalui
kematian-Nya. Seharusnya kita kini bebas menikmati hadirat Allah
dalam tiap saat kehidupan kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.