Semangat saja tak dapat diandalkan

Matius 26:69-75


Kadang kita takut menunjukkan identitas kita sebagai orang
Kristen kepada kalangan tertentu karena kemungkinan akan
mendatangkan bahaya dan merugikan kita. Kadang-kadang motivasi
yang mendasari sikap kompromi atau penyangkalan iman disebabkan
oleh rasa takut menghadapi risiko. Akar terdalam dari goyahnya
iman seseorang adalah karena ia lebih mengandalkan semangat dan
kekuatan sendiri daripada mengandalkan anugerah Tuhan.


Mengapa Petrus yang tadinya begitu berani membela Tuhannya dengan
pedang berubah menjadi sedemikian takut sehingga ia menyangkal
Yesus (ayat 70,72,74)? Untuk memahami kegagalan Petrus ini
kita perlu kilas balik ke kisah-kisah sebelumnya. Pertama,
Petrus adalah seorang yang impulsif. Ia mudah membuat pernyataan
akan setia mengikut Yesus sampai mati tanpa didasari perhitungan
iman yang cermat tentang risikonya (ayat 26:33-35). Kedua, Yesus
sendiri sudah memberikan peringatan bahwa ia akan gagal, namun
Petrus tidak serius menanggapi peringatan tersebut (ayat
26:31-32). Ketiga, ketika dalam kelemahan fisik, mental, dan
spiritual ia seharusnya berjaga-jaga dalam doa, ia justru
terlena tidur (ayat 26:40). Tidak heran bukan oleh badai, tetapi
hanya oleh angin kecil pertanyaan-pertanyaan orang tak berarti
cukup membuat semangat manusiawi Petrus tumbang.


Kisah Petrus ini memberikan peringatan sekaligus penghiburan.
Peringatan, bahwa murid Yesus terdekat sekalipun bisa
menyangkali Tuhannya. Juga bahwa ketekunan iman seseorang tidak
dapat didasari atas semangat manusiawi semata. Hakikat iman
adalah bergantung penuh pada kuasa Allah dan berpegang pada
janji-janji Allah bukan pada kobaran semangat manusiawi.
Penghiburan, karena kisah ini tidak berhenti sampai di sini.
Tuhan yang disangkali Petrus tidak membuang Petrus, tetapi
mencari dan memulihkannya (Yoh. 21).


Renungkan:
Bukan semangat melahirkan iman, tetapi iman melahirkan semangat.

Scripture Union Indonesia © 2017.