Bukan aturan tetapi hati.

Matius 12:1-15a

Dua peristiwa ini menunjuk kepada satu pesan penting tentang
inti aturan-aturan agama. Murid-murid Yesus, karena lapar
memetik bulir gandum (ayat 1). Perbuatan demikian tidak salah
(Ul. 23:25). Yang membuat orang Farisi berang bukan tindakan
tersebut melainkan waktu tindakan itu dilakukan. Murid Yesus
memetik bulir gandum pada hari Sabat. Murid Yesus tidak
melanggar hukum Allah, hanya melanggar hukum agama yang dibentuk
orang Farisi. Respons Yesus menunjuk kepada dua peristiwa dalam
PL.


Pertama, tindakan Daud (ayat 3-4). Ketika lapar, Daud dan
rombongannya mengambil roti sajian Bait Allah. 12 roti sajian
itu diletakkan di atas meja di dalam tempat kudus, hanya boleh
dimakan oleh imam di tempat kudus karena roti itu kudus. Roti
sajian itu diminta Daud dari imam Ahimelekh (ayat 1Sam. 21:1-6).
Itu sebenarnya tidak boleh namun kebutuhan manusia lebih penting
dari ritual agama (ayat 7, Hos. 6:6). Kedua, tindakan imam-imam
(ayat 5). Aturan dalam Bilangan 28:9, mengatur pekerjaan yang
harus para imam lakukan pada hari Sabat. Namun, mereka tidak
dianggap bersalah walau melanggar Sabat. Dari kedua peristiwa
ini Yesus menegaskan bahwa inti dari peraturan adalah
mengutamakan hidup.


Selanjutnya (ayat 9-15a) Yesus menyembuhkan orang yang mati sebelah
tangannya pada hari Sabat. Perbuatan itu tidak melanggar hukum
Allah, tetapi melanggar aturan orang Farisi. Orang Farisi
membenarkan orang menolong domba yang jatuh ke dalam lobang pada
hari Sabat, tetapi tidak memperbolehkan menolong manusia. Bagi
Farisi domba lebih penting ketimbang manusia, ritual lebih utama
dari belas kasihan. Sebaliknya, bagi Yesus manusia lebih utama
dari domba dan ritual agama. Sikap Yesus ini memperlihatkan
bahwa Allah menghendaki belas kasihan ketimbang ritual agama.


Renungkan:
Apakah kita beragama sebatas ritual? Apakah kasih kita kepada
Tuhan dan sesama terhambat atau justru bertumbuh melaluinya?

Scripture Union Indonesia © 2017.