Pemimpin yang berhikmat.

I Raja-raja 4:1-34
Minggu ke-9 sesudah Pentakosta

Bagaimana caranya berhasil memimpin bangsa yang besar? Salomo
merasakan beban berat untuk melanjutkan kepemimpinan Daud.
Mengapa demikian? Pada zaman Daud, Israel telah mengalami
kejayaan dalam peperangan. Bagaimanakah nasib Israel di tangan
Salomo? Apakah Salomo merupakan orang yang tepat untuk
meneruskan kepemimpinan Daud?


Menjadi seorang raja atas bangsa Israel yang besar jumlahnya
memerlukan hikmat. Hikmat pada masa itu, bukanlah hikmat
teoretis dan ilmu pengetahuan semata-mata. Hikmat pada masa itu
terkait dengan kemampuan untuk meraih kesuksesan, yaitu suatu
hal yang nyata dan praktis. Salomo memiliki hikmat tersebut.
Hikmatnya terwujud nyata dalam bagaimana dia mengatur
administrasi pemerintahannya dengan membagi duabelas kepala
daerah. Tugas kedua belas kepala daerah ini: Pertama, menjamin
kebutuhan setiap bulan dalam hal makan raja dan seisi istana.
Kedua, bertanggung jawab atas keadilan dan kesejahteraan wilayah
masing-masing sehingga tidak ada daerah yang terlalu kaya atau
terlalu miskin. Hasil dari kebijaksanaan administrasif Salomo,
membuat orang Yehuda dan orang Israel terjamin kebutuhan
hidupnya (ayat 7-20).


Keberhasilan Salomo dalam memimpin bukan semata-mata karena
kecakapan administratifnya yang luar biasa tetapi karena dia
terlebih dahulu mengarahkan hidupnya untuk hidup takut akan
Tuhan. Takut akan Tuhan merupakan sumber hikmat (band. Amsal
1:7) yang menolong Salomo dalam memimpin bangsa Israel.


Kita harus meneladani apa yang dilakukan oleh Salomo, yaitu takut
akan Tuhan. Setiap kita dipanggil untuk memimpin, pertama-tama
memimpin hidup kita masing-masing, baru kemudian memimpin orang
lain. Landasilah hidupmu dengan takut akan Tuhan, maka hikmat
Tuhan akan dicurahkan kepadamu.


Renungkan:
Supaya kita bisa memimpin dengan baik dan benar, mulailah dengan
hidup takut akan Tuhan dan menyesuaikan hidup kita dengan
kehendak Tuhan.

Scripture Union Indonesia © 2017.