Allah adalah pihak yang paling tepat.

Mazmur 39
Minggu Paskah 7

Benarkah sikap Daud ini ketika ia menghadapi orang-orang jahat?
Jika kita di tempat Daud, apa yang biasanya kita lakukan? Duduk
dan berdiam diri atau meluapkan kemarahan? Marah terhadap
sesuatu yang salah adalah wajar, tetapi jika permasalahan
dihadapi dengan sikap diam, bukankah itu hanya akan menambah
penderitaan? Akibat dari diam atau mendiamkan bisa membuat kita
hidup dalam tekanan -- depressi dan stress.


Dalam pikirannya semula, Daud menyatakan keinginannya untuk tutup
mulut, sebagai jalan "paling aman" menurut Daud. Keputusan Daud
ini didasarkan pada dua hal: [1] ia tidak mau kedapatan menuduh
Allah berlaku tidak adil atau berbuat kesalahan; [2] ia tidak
mau memberikan kesempatan kepada orang fasik untuk menyerang dia
atau menghina Allah karena ucapannya. Tetapi keputusan tersebut
ternyata justru memperberat penderitaannya. Akhirnya Daud
menyadari bahwa menutup mulut itu bukan saja tidak tepat, tetapi
juga tidak sehat.


Dari keputusan Daud ini kita belajar bahwa menahan amarah hanya akan
menyebabkan kita stress, tetapi melampiaskan amarah dalam kata-
kata keras menyakitkan pun tidak menyelesaikan masalah. Daud
menolong kita menemukan pilihan yang tepat dan sehat:
membicarakannya dengan Tuhan. Menarik bukan? Kapan terakhir kali
kita membicarakan permasalahan kita dengan Tuhan?


Pergumulan seperti yang Daud alami pun dialami oleh orang beriman.
Tetapi, kita tidak dapat menanggungnya sendiri jika hanya
berdiam diri, atau dengan membalas berbuat jahat. Segala
pergumulan itu perlu untuk diarahkan secara benar kepada Tuhan
sebagai pihak yang paling tepat, yang mampu mendukung kita.


Renungkan:
Siapa lagi yang dapat memberi kita jiwa yang sehat kalau bukan
Dia yang dalam Roh-Nya kini mendampingi kita sebagai Penasihat
dan Penghibur?

Scripture Union Indonesia © 2017.