Berjuang mempertahankan iman.

Yudas 1-4
Minggu Advent 2

Maksud semula Yudas adalah menulis sepucuk surat mengenai
keselamatan kita bersama, tetapi kemudian ia harus mengubah
maksud tersebut karena para penyesat telah menyusup ke
tengah-tengah jemaat dan mengacaukan orang Kristen (ayat 4a).
Yudas kemudian mengubah maksudnya dengan menulis sepucuk
surat yang berisi nasihat untuk berjuang mempertahankan iman
(ayat 3b). Kata mempertahankan menggambarkan suasana
pertempuran rohani yang harus diikuti oleh orang percaya yang
setia mempertahankan iman.


Berjuang mempertahankan iman berarti: [1] Menentang mereka yang
walaupun berada di dalam persekutuan gereja, namun menyangkal
kekuasaan Alkitab atau memutarbalikkan iman yang sejati,
sebagaimana disampaikan oleh Kristus dan para rasul; [2]
Memberitakan kebenaran kepada setiap orang (Yoh. 5:47) dan
tidak membiarkan beritanya dilemahkan oleh orang-orang fasik
yang memutarbalikkan kebenaran. Para penyesat yang Yudas
maksudkan adalah mereka yang menyalahgunakan kasih karunia
Allah dan menyangkal Yesus Kristus.


Salah satu parameter yang paling sederhana untuk mengukur skala
benar-tidaknya suatu ajaran yang ada di dalam kehidupan
anggota jemaat adalah dengan filter firman Tuhan yang
dijabarkan dengan ringkas di dalam pengakuan iman rasuli.
Bila mereka menolak Yesus di dalam penganiayaan, menolak
Yesus demi kesenangan hidup, menolak Yesus di dalam
penghiburan, atau menolak Yesus dengan mengembangkan gagasan
palsu tentang Allah, berarti mereka telah menolak seluruh
esensi ajaran firman Tuhan dan kredo gereja. Dengan demikian,
kita dapat segera mengantisipasi para penyesat yang mencoba
mengombang-ambingkan para pengikut Kristus di dalam suatu
komunitas.


Renungkan:

Perjuangan yang banyak memeras tenaga dan pikiran bukan hanya
milik para prajurit militer yang sedang bertugas di medan
pertempuran, tetapi juga berlaku di dalam peperangan rohani.
Kristen perlu menyadari hal ini dan turut mengambil bagian
dalam perjuangan yang nyata untuk membangun benteng
pertahanan iman yang kokoh.

Scripture Union Indonesia © 2017.