Penglihatan tentang Bait Suci yang baru.

Yehezkiel 40:1-16
Minggu Ke-24 sesudah Pentakosta

Empat belas tahun sesudah Yerusalem jatuh (ayat 573 sM)
bertepatan dengan tahun ke-25 pembuangan ke Babel. Ketika
Yehezkiel mengenang kembali hari terjadinya tragedi tersebut
(bdk. 2Taw. 36:10), ia mendapatkan penglihatan baru. Ia
dibawa kembali ke tanah Israel, ke sebuah gunung yang tinggi.
Dari situ ia melihat sesuatu yang menyerupai "kota" (ayat 2-
3a). Yehezkiel kemudian ditemani oleh seorang malaikat untuk
melihat dan memahami penglihatan itu, dan ditugaskan untuk
menyampaikannya kepada umat Israel. Pasal 40:1-4 merupakan
pendahuluan bagi serangkaian penglihatan yang diuraikan dalam
pasal 40-48.


"Kota" yang dilihat Yehezkiel ternyata bukan Yerusalem, melainkan
bangunan Bait Suci (ayat 5). Bentuk Bait Suci ini tidak sama
dengan Bait Suci Salomo, yang telah dihancurkan oleh pasukan
Nebukadnezar. Bait Suci yang baru ini dikelilingi oleh
tembok, yang tingginya 6 hasta dan tebalnya 6 hasta (ayat 1
hasta kurang lebih setara dengan 0,5 meter). Selanjutnya,
malaikat melakukan pengukuran seluruh bangunan Bait Suci,
mulai dari pintu gerbang timur (ayat 6-16). Setiap pintu
gerbang berbentuk bangunan berukuran 50 x 25 hasta (ayat 13,
15). Di dalamnya terdapat serambi, yang memisahkan kamar-
kamar jaga di kiri kanannya (ayat 10, 16). Di ujung serambi
terdapat balai gerbang, yang dibatasi di sebelah luarnya oleh
tiang tembok (ayat 8). Tiang-tiang tembok itu diperindah
dengan ukiran gambar pohon kurma (ayat 16).


Penglihatan Yehezkiel dimulai dari bagian luar kompleks Bait
Suci, yakni tembok-tembok yang mengelilingi dan memisahkan
bagian dalam dari bagian luar. Hal ini menjadi penting kalau
kita menyadari bahwa Bait Suci adalah kudus, sedangkan dunia
penuh dengan dosa. Tembok-tembok itu berfungsi "untuk
memisahkan yang kudus dari yang tidak kudus" (ayat 42:20).


Renungkan:

Orang Kristen harus belajar memisahkan yang kudus dari yang
berdosa. Ia tidak boleh mencampuradukkan kehidupan yang telah
disucikan Allah dengan hal-hal dosa. Kita membutuhkan
pertolongan Roh Kudus untuk menjaga kesucian hidup dan berani
menolak segala godaan untuk berbuat dosa.

Scripture Union Indonesia © 2017.