Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? …
Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah.
Mazmur 8:5, 6
Kemuliaan Manusia
Kita pasti kenal dan suka lagu ini: ”Bila kulihat bintang gemerlapan dan bunyi guruh riuh kudengar, ya Tuhanku, tak putus aku heran melihat ciptaan-Mu yang besar. Maka jiwaku pun memuji-Mu: Sungguh besar Kau, Allahku.” Dalam tiga bait, Kidung Jemaat 64 mengajak kita memuji Allah atas karya penciptaan dan penyelamatan yang Ia lakukan dalam Kristus.
Apa yang sepatutnya membuat kita tak putus heran? Perbandingan antara bintang-bintang dan manusia! Bintang-bintang yang tak terbilang banyaknya dan yang tak terkatakan cemerlangnya itu, hanya dibuat oleh ”jari-jemari Allah”. Sedangkan, manusia bila dibandingkan dengan luas besarnya alam semesta hanyalah debu. Namun, manusia diindahkan oleh Allah, dimahkotai oleh-Nya, dan diberi-Nya kuasa untuk memerintah atas ciptaan lainnya! Karena si debu yang hina, kecil, dan tak berarti ini dibuat hampir sama seperti Allah. Dalam penggambaran Kitab Kejadian, Allah sendiri mengukirnya dan memberinya napas kehidupan! Sungguh suatu mahakarya ilahi yang tak terkatakan mulia dan dahsyatnya!
Ketika kita terbaring lemah, sakit, dan tak berdaya, besar godaan kita untuk menganggap diri rendah, seolah-olah kita ini hanya seekor cacing tanah yang hina, yang dengan mudah diinjak, lalu mati tanpa ada yang peduli. Ingatlah, penyakit bisa menurunkan rasa percaya diri kita, tetapi tidak akan merenggut kemuliaan kita. Tak ada kuasa apa pun di dunia yang dapat merampas mahkota yang telah Allah karuniakan kepada kita. Sang Pencipta akan membela agar ”biji mata-Nya” senantiasa terpelihara dan menikmati kemuliaan-Nya!
Doa: Oh Tuhan, tolong aku agar aku dapat menanggung penyakit dengan cara dan respons yang memperlihatkan bahwa aku mulia, karena aku adalah gambar-Mu.
Untuk Mendengarkan Audio Klik Link dibawah ini