Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.
Matius 15:30
Ia Menyembuhkan Mereka Semuanya
Kesaksian penulis Injil Matius menarik disimak: Yesus menyembuhkan semuanya. Tak ada diskriminasi—baik orang maupun penyakitnya. Dengan catatan ini, penulis tampaknya hendak menekankan bahwa Yesus adalah tabib dari segala tabib. Segala penyakit mampu diatasi-Nya. Yesus Orang Nazaret juga tidak memandang bulu. Dia tidak menolak setiap orang yang datang kepadanya. Kesaksian penulis Injil Matius ini layak menjadi dasar kita untuk datang kepada Yesus dan berharap kesembuhan dari-Nya.
Namun, mungkin kita bertanya, ”Mengapa saya tidak sembuh-sembuh juga? Apakah ayat ini tak berlaku bagi saya? Apakah itu berarti Tuhan tidak sayang lagi kepada saya?”
Penyakit yang tidak kunjung sembuh bisa membuat kita bosan, mungkin membuat kita enggan percaya lagi kepada Tuhan. Namun, Yesus tidak pernah menolak orang yang datang kepada-Nya. Dan, kebersamaan dengan Dia akan membuat kita merasakan ”kesembuhan” lain. Ketika kita mampu menerima penyakit dengan ikhlas dan percaya bahwa kasih Allah lebih dari semua penyakit itu, sesungguhnya kita telah mengalami kesembuhan itu sendiri. Dan, kita bisa menjadi sarana kesaksian bagi orang-orang yang berada dalam kondisi yang sama dengan kita.
Di tengah sakit yang tak kunjung sembuh—kepada umat yang mengunjunginya—Pdt. Eka Dharmaputera berkata, ”Tuhan tidak pernah mengecewakan saya.” Pada titik ini, sejatinya dia telah mengalami ”kesembuhan” itu sendiri. Dia percaya Allah tetap mengasihinya dan kasih Allah lebih penting dan bermakna dari penyakit yang dideritanya. (YMI)
Doa: Ya Tuhan, mampukan kami untuk terus berharap kesembuhan dari-Mu. Namun, ketika kami tak kunjung sembuh biarlah kami tetap percaya bahwa kasih-Mu kekal bagi kami. Dan, itu lebih dari cukup.
Untuk Mendengarkan Audio Klik Link dibawah ini