Pengaruh Ibu

1 Raja-Raja 14:21-31

Namanya Rehabeam. Penulis merasa perlu dua kali memperkenalkan identitas dengan menyebutkan bahwa ibunya adalah Naaman, seorang perempuan Amon (21, 31). Tampaknya penulis hendak mengingatkan betapa berpengaruhnya figur ibu dalam diri anak. Meskipun Rehabeam anak Salomo, pengaruh Naama, sang ibu, sangat mewarnai jalan pikirannya.


Pada zaman Rehabeamlah Kerajaan Israel pecah menjadi dua. Ketika naik takhta menggantikan Salomo, rakyat menaruh harapan tinggi kepadanya. Yerobeam sebagai wakil rakyat memohon agar raja mengubah kebijakan Salomo yang amat memberatkan rakyat. Rehabeam menolaknya, bahkan berkata, "Ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi" (1Raj. 12:14). Mengapa Rehabeam bertindak demikian? Bisa jadi itulah ajaran yang diterima dari sang ibu -Naama- seorang perempuan Amon.


Di Kerajaan Amon, raja adalah Tuhan. Tak boleh ada yang lebih tinggi daripadanya, yang melawan harus mati. Tak heran perang antara Rehabeam dan Yerobeam terus berlangsung seumur hidup. Jika Rehabeam sadar bahwa Tuhanlah yang mengizinkan kerajaan itu menjadi dua, tentu perang yang hanya melemahkan kedua kerajaan itu tak perlu terjadi, yang membuat Sisak, raja Mesir, mudah merampok semua barang perbendaharaan rumah Tuhan di Yerusalem (26).


Uniknya, sang raja merasa aman-aman saja. Dia masih terus berbakti di dalam rumah Tuhan (27-28). Agaknya, dia tidak sadar bahwa Allah membenci sikapnya, yang tetap membiarkan orang-orang Yehuda melakukan apa yang jahat (22-24). Bisa jadi, sang raja takut ditinggalkan rakyatnya jika ia melarang penyembahan terhadap allah-allah lain. Mungkin juga karena di Kerajaan Amon, yang mengakui penyembahan kepada banyak dewa, itu merupakan hal lumrah. Jika ditelusuri, semua itu bersumber pada asuhan ibu. Tak heran, ketika menutup perikop ini, penulis menyebutkan: "Nama ibunya adalah Naama, seorang perempuan Amon" (31).

Scripture Union Indonesia © 2017.