Mazmur 61

Kalau penulis Mazmur 60 merasakan diri terbuang dari hadapan Allah, maka mazmur 61 ini mungkin ungkapan seorang raja yang sedang terbuang jauh dari bangsanya, yaitu di ujung bumi. Sejarah Israel pernah mencatat beberapa raja yang terasing dari takhtanya sendiri. Misalnya, Daud ketika lari dari Absalom dan Manasye yang ditawan ke Babel (2Taw. 33). Keduanya dicatat pula dalam sejarah kembali ke takhtanya, oleh kasih karunia Allah.

Seruan sang raja bukan tanpa pengharapan. Justru karena ia tahu Tuhan adalah tempat perlindungan yang pasti (4), ia berani menaikkan permohonannya. Ia tahu, kendati keadaan terasing secara fisik ini begitu pahit, Tuhan tidak pernah benar-benar meninggalkannya. Maka, ia berupaya mencari hadirat Tuhan dan hidup benar di hadapan-Nya (5). Ia menyadari bukan kekuatan sendiri yang memampukannya hidup berkenan kepada-Nya, maka ia meminta tuntunan Tuhan (3b).


Dalam keyakinan bahwa Tuhan pasti akan menjawab permohonannya, pemazmur sengaja menggunakan kata ganti orang ketiga untuk meminta berkat baginya (7-8). Kalau Tuhan berkenan memulihkan takhtanya, barlah Tuhan mengaruniakan pula umur panjang kepada raja. Tujuannya agar ia boleh melayani Allah dengan menjadi raja yang lebih baik dari sebelumnya. Kita tahu Daud memang dikudeta oleh Absalom. Namun, kesalahan juga ada di pihak Daud yang tidak bijaksana memperlakukan anaknya ini. Manasye pernah berbuat jahat di masa-masa pertama pemerintahannya, yang menyebabkan Tuhan menghukumnya dengan pembuangan. Hanya setelah merendahkan diri dan bertobat, takhtanya dipulihkan.


Kalau Anda sedang merasa terasing oleh karena dosa-dosa Anda. Bertobatlah dan mintalah pemulihan dari Allah agar Anda dikembalikan dalam kesempatan semula. Anda bisa memulai hidup baru, pelayanan baru, dan kesempatan menjadi berkat yang baru pula.

Scripture Union Indonesia © 2017.