Kebaikan Allah adalah dasar harapan
Orang yang sedang menderita membutuhkan pengharapan agar mampu
melewati kesulitan itu. Israel membutuhkan pengharapan. Hal itu
ditawarkan pemazmur dengan cara menengok kepada sejarah
kehidupan mereka.
Israel diajak melihat bagaimana Allah memimpin dan memelihara nenek
moyang mereka. Cara Allah sungguh ajaib dan tidak terduga. Allah
memakai seorang pemuda, Yusuf yang lemah dan tak berpengalaman,
namun yang bersandar penuh kepada-Nya untuk menyelamatkan satu
keluarga besar (ayat 16-22). Pemuda ini harus mulai dari bawah,
mengalami berbagai penderitaan sebelum Tuhan dapat memakainya.
Ini sekaligus gambaran akan penggemblengan umat Tuhan sebelum
dapat dipakai menjadi alat anugerah-Nya.
Lain lagi cara Allah menyelamatkan umat-Nya dari per-budakan Mesir.
Ia mendemonstrasikan kemahakuasaan-Nya dengan menghantam Mesir
memakai beragam tulah (ayat 26-36). Kuasa-Nya tidak tertandingi
para ilah Mesir. Firaun dan rakyat Mesir harus tunduk kepada
Allah dan memberkati Israel dengan kekayaan yang limpah (ayat
37). Kasih dan panjang sabar Ia tunjukkan ketika Ia memimpin
perjalanan mereka di padang gurun menuju Tanah Perjanjian (ayat
39-45). Kesetiaan dan kemurahan-Nya melimpahi hidup mereka.
Penderitaan dapat menjadi cara Allah mengajar umat-Nya bersandar
kepada-Nya. Dengan mengingat kasih karunia dan perbuatan-Nya
pada masa lampau, kita diajak menaruh masa depan kita kepada-Nya.
Karena Dia adalah Allah yang tidak berubah, kemarin, hari
ini, dan selama-lamanya pengharapan kita tidak sia-sia. Mungkin
hidup tidak akan menjadi lebih mudah; malahan persoalan semakin
bertubi-tubi menimpa anak Tuhan. Namun, kasih dan setia-Nya akan
terus menopang kita karena kita milik-Nya.
Doa:
Tuhan, saat mata kami terbelalak oleh kompleksnya masalah hidup
ini, ingatkan kami bahwa Engkau dulu telah menolong kami. Kami
percaya, Engkau tetap akan menopang kami selamanya.