Pengharapan saat sakit
Mazmur ini mengajarkan kita bagaimana bersikap dalam menghadapi
penderitaan. Setelah dimulai dengan doa permohonan awal (ayat
2-3), mazmur ini bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu keluhan
(ayat 4-12), pengharapan (ayat 13-23), dan permohonan (ayat
24-29).
Adalah wajar seseorang mengeluh saat ia sedang menderita. Sakit yang
berkepanjangan sering membuat orang putus asa dan merasa
ditinggalkan Tuhan. Perhatikan keluhan pemazmur di ayat 4-5,10-12,
ia merasa hari-harinya terbaring di atas ranjang itu berlalu
dalam kesakitan, tertekan, tanpa nafsu makan, remuk redam, dan
tanpa daya sama sekali. Tuhan serasa jauh dan itulah yang juga
diolok-olokkan oleh para musuh ketika mereka memakai namanya
sebagai lambang orang yang dikutuk Allah (ayat 9).
Berbeda dari banyak mazmur ratapan yang biasanya melanjutkan keluhan
dengan uraian tindakan Allah pada masa lampau sebagai dasar
untuk berharap, di sini pemazmur langsung mengarahkan doanya
kepada masa depan, kepada apa yang Allah akan perbuat. Pemazmur
melihat ke depan kepada hal yang lebih luas daripada sekadar
penyakitnya. Ia melihat Allah yang akan bertindak dalam sejarah
umat-Nya untuk memulihkan mereka (Sion, Yerusalem) pada keadaan
sebelum pembuangan (ayat 14,17,22) bahkan jauh melampauinya
(ayat 23).
Akhirnya, pemazmur yang meyakini Allah yang berdaulat dan tidak
berubah kasih setia-Nya (ayat 26-28), memohon agar pemulihan
yang akan dialami Sion juga dialami dirinya. Dengan demikian
hidupnya tidak akan tersia-siakan (ayat 24-25).
Orang Kristen mampu bertahan menghadapi penderitaan hidup ataupun
sakit yang berat karena keyakinannya akan kasih setia Tuhan yang
tidak pernah berkurang sedikit pun atas dirinya. Ia bisa
mengeluh karena derita yang tak tertahankan, tetapi ia tidak
akan menyangkal Tuhannya.
Responsku:
----------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------