Kebahagian orang fasik
Banyak orang percaya mengira kehidupan orang fasik bahagia.
Benarkah demikian? Pada ayat 1-7, kita justru menemukan
kehidupan manusia yang tidak berbahagia sebab mereka tidak
dipedulikan Tuhan. Siapakah mereka? Orang-orang fasik yang
mengucapkan kata-kata kurang ajar, melakukan kejahatan, dan
meniadakan Tuhan dalam hidup mereka.
Orang fasik berbuat demikian seolah-olah ingin menyatakan Tuhan
tidak pernah menegur mereka, tidak pernah "menghukum" mereka
(ayat 1-3). Sebaliknya Tuhan justru membiarkan dan memberikan
izin mereka untuk melakukan apa pun yang mereka ingin perbuat.
Jadi, benarkah anggapan tadi? Tidak. Mereka memang terlihat
bahagia, namun sebenarnya mereka sedang menjalani kehidupan yang
tidak dipedulikan Tuhan. Janganlah kita menginginkan kehidupan
mereka. Hidup orang fasik adalah hidup yang menuju kebinasaan.
Mengapa demikian? Karena telinga Tuhan mendengar perkataan
mereka dan mata Tuhan melihat perbuatan mereka (ayat 8-11).
Keadilan Tuhan akan membalas perbuatan jahat mereka dan
membinasakan hidup mereka (ayat 23).
Jika demikian, siapakah orang yang berbahagia? Orang yang berbahagia
adalah orang yang dihajar oleh Tuhan (ayat 12a). Orangtua yang
mengasihi anak-anaknya pasti akan mendidik anak-anaknya dengan
disiplin. Bagi anak-anak, disiplin merupakan aturan yang tidak
menyenangkan, tapi itulah inti pendidikan bagi mereka supaya
mereka mengetahui apa yang benar dan apa yang salah. Itulah
hajaran yang dilakukan Tuhan bagi kita. Ketika kita merasakan
tangan Tuhan mengoreksi hidup kita, terimalah itu sebagai bukti
kasih-Nya kepada kita. Orang yang berbahagia adalah orang yang
menerima pengajaran-Nya (ayat 12b). Hidup bahagia bukan berarti
hidup yang bebas dan lepas dari firman Tuhan. Justru firman
Tuhan akan membimbing kita supaya kita bahagia.
Renungkanlah:
Apakah Anda ingin hidup bahagia? Terima lah ajaran dan hajaran
Tuhan.