"Warna-warni" dalam Gereja
Saya bersyukur dan bangga terhadap gereja saya. Bukan karena
gedungnya megah, bukan juga karena warganya terdiri dari
orang-orang berpengaruh, berekonomi mapan, dsb. Justru saya
bersyukur kepada Tuhan karena gedung gereja saya biasa-biasa
saja, dan warganya terdiri dari berbagai tingkat pendidikan,
jenjang ekonomi, suku yang berbeda.
Dalam mazmur yang termasuk salah satu mazmur Sion ini, pemazmur
memaparkan bagaimana cara pandang Allah terhadap kota Sion,
tempat Ia berkenan hadir dan menyatakan kemuliaan-Nya. Cara
pandang Allah itu juga sama dengan penilaian pemazmur tentang
kondisi kota Sion pada zamannya. Kota Sion dicintai Tuhan lebih
dari kota-kota lainnya di Israel sebab Allah sendiri telah
memilih kota itu menjadi tempat Ia menyatakan kemuliaan-Nya.
Kehadiran dan kemuliaan Allah sendirilah yang membuat kota itu
penuh pesona. Ia memilih Sion bukan agar Sion menghisap segala
kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi agar Sion menarik
bangsa-bangsa berziarah mencari Tuhan ke kota itu (ayat 4).
Pancaran cahaya kemuliaan Allah yang kuat itu me-narik berbagai
bangsa yang tidak mengenal Allah untuk beroleh pengenalan akan
Dia dan mensyukuri fakta kemurahan-Nya itu (ayat 5-7).
Apabila kita merasa betah dan bangga akan gereja kita sebab adanya
kesamaan golongan, tingkat sosial, dan hal lain yang seperti
itu, kita justru sedang salah mengartikan jati diri dan
panggilan Gereja. Apabila kita menjadikan pengalaman rohani kita
sebagai alasan untuk memfokuskan acara-acara gerejawi kita bagi
kelompok kita sendiri saja, berarti kita sudah membelokkan
maksud Kristus menempatkan kita dalam dunia ini. Banggalah, dan
berjuanglah agar gereja Anda penuh warna-warni golongan dan
kelas dalam masyarakat sebab Injil keselamatan dalam Yesus
Kristus yang tak pandang bulu itu menjadi daya tarik kuat gereja
Anda.
Responsku:
----------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------