Gereja, oasis Allah untuk dunia
Isi mazmur indah ini mengingatkan saya tentang pengalaman saya
mendaki Gunung Bromo beberapa tahun lalu. Meski perjalanan itu
berat dan meletihkan, saya bertekad terus berjalan menapaki
lautan pasir, lalu mendaki lereng gunung itu. Saya berbuat
demikian karena ingin menempa ketahanan fisik saya. Tetapi bukan
itu saja, daya tarik pemandangan kawah saat matahari terbit juga
memicu semangat saya.
Kebiasaan umat Israel berziarah ke Bait Allah di Yerusalem, selain
untuk mengenang perjalanan nenek moyang mereka keluar dari Mesir
menuju Tanah Perjanjian, juga menjadi bagian disiplin rohani
yang menempa spiritualitas mereka agar tangguh. Medan berat dan
penuh bahaya saat berziarah itu melambangkan situasi perjalanan
iman umat Tuhan baik zaman dulu maupun sekarang. Kesulitan itu
tidak memadamkan iman, sebaliknya ada berbagai hal penting dalam
penghayatan iman itu justru memicu kobaran semangat agar umat
terus berjuang untuk maju. Indahnya Bait Allah (ayat 2) dan
hadirat-Nya (ayat 3a), arti-Nya sebagai Raja dan Allah bagi umat
(ayat 4), serta mezbah-Nya, merupakan pembangkit hasrat besar
untuk umat Israel terus maju sampai mereka berjumpa dengan Tuhan
dalam rumah-Nya (ayat 3b, 4). Dalam perjuangan untuk maju itu,
orang beriman akan membawa dampak transformasi bagi sekitarnya
(ayat 7), sementara itu mereka sendiri akan semakin kuat dalam
Tuhan (ayat 6,8).
Gereja adalah diri kita sendiri. Gereja adalah tempat hadirat Allah
dan keindahan-Nya terpancar, pemberlakuan pendamaian, pewartaan
kebenaran, dan keakraban saudara seiman dipraktikkan. Liturgi,
fokus pelayanan para pejabat gereja, sikap semua warga, suasana
ibadah persekutuan, semangat misi, dan semua unsur
penyelenggaraan, harus membuat Gereja menjadi inspirasi bagi
umat untuk menyebarkan harum kemuliaan Allah.
Responsku:
----------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------