Menyongsong kemenangan
    Berbicara tentang kemenangan dalam kondisi sulit, rasanya tidak 
    realistis. Hal yang tidak realistis inilah yang mendominasi doa 
    Asaf ini. Umat Israel sedang terancam persekongkolan jahat 
    bangsa-bangsa yang memusuhi mereka (ayat 8-9). Dalam situasi 
    buruk ini, Perjanjian Allah dan doa yang mengantisipasi 
    kemenangan menjadi dasar umat Israel bersikap sehingga mereka 
    mampu menghadapi persekongkolan jahat itu.
Umat Israel menyadari arti perjanjian Allah bagi mereka dan 
    implikasinya terhadap kesulitan yang mereka alami. Dengan 
    mengadakan perjanjian, Allah menempatkan diri-Nya di pihak 
    umat-Nya. Ia menjadi penyelamat, pemilik, dan pelindung umat-Nya, 
    maka para musuh umat Israel akan menjadi musuh Allah sendiri. 
    Atas dasar ini, pemazmur berseru agar Tuhan membuyarkan kekuatan 
    dari persekongkolan jahat itu (ayat 14-16). Hasilnya, doa 
    permohonan berubah menjadi doa menyongsong kemenangan. Asaf 
    mengingat akan perbuatan-Nya di masa lalu saat para hakim satu 
    per satu mematahkan kejahatan bangsa-bangsa zaman mereka (ayat 
    10-13).
Berdoa berdasarkan perjanjian ilahi harus menjadi disiplin rohani 
    kita. Realitas hidup tidak selalu ramah. Kesepakatan jahat dari 
    orang-orang yang berprinsip hidup berbeda dengan kita dapat 
    menekan kita. Hadapilah perilaku dari orang tak beriman itu 
    dengan fakta Perjanjian Allah bagi kita. Kita adalah umat 
    perjanjian karena nyawa Kristus dan meterai Roh Allah. Namun, 
    kita hanya dapat menghayati kekuatan yang datang dari fakta 
    perjanjian Allah itu, jika kita sendiri aktif menautkan diri 
    kita kepada-Nya. Kesadaran tinggi bahwa kita adalah milik-Nya 
    membuat kita memiliki keyakinan teguh bahwa apa pun yang kita 
    alami justru akan membuat pihak lawan mengakui kemuliaan Allah 
    (ayat 17-19).
Responsku:
    ----------------------------------------------------------------
    ----------------------------------------------------------------