Sabat untuk semua
Perintah keempat ini berbeda dengan perintah lainnya karena
berbentuk instruksi positif. Perintah ini berada pada perbatasan
antara perintah bagaimana bersikap terhadap Allah dan perintah
tentang sikap terhadap sesama.
Mengingat dan menguduskan hari Sabat dilakukan dengan cara
menghentikan semua pekerjaan pada hari itu. Semua yang ada dalam
rumah tangga Israel, termasuk orang asing dan segala ternak,
harus menaati perintah ini. Dasar perintah ini adalah
menghormati Tuhan yang berhenti dari karya penciptaan-Nya pada
hari ketujuh (ayat 11). Tujuannya supaya umat Tuhan bisa
mensyukuri karya Tuhan dalam dunia milik-Nya. Dengan mengizinkan
para pelayan dan semua ternak yang telah bekerja keras mengolah
lahan pertanian selama enam hari, umat Israel menghormati Allah
pencipta mereka dan menunjukkan belas kasih kepada sesama
mereka. Dalam kitab Ulangan, Musa menyebutkan alasan lain
mengapa hari Sabat perlu dirayakan. Hari Sabat adalah hari
peringatan karya kasih Allah dalam sejarah Israel, yakni Ia
telah membebaskan Israel dari kerja paksa selama di Mesir.
Sebagai ucapan syukur mereka beribadah kepada-Nya setiap hari
Sabat dan mengizinkan para pelayan beristirahat supaya mereka
juga dapat menyembah Allah (Ul. 5:15).
Ketaatan kepada perintah hari Sabat menunjukkan keutamaan Allah bagi
umat. Dengan beristirahat dari segala pekerjaan, kita juga
menghargai tubuh pemberian Allah. Dengan mengizinkan karyawan
kita beristirahat, kita menghormatinya sebagai sesama kita.
Tuhan Yesus menekankan bahwa Ia menciptakan hari Sabat untuk
manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Mrk. 2:7-8).
Perintah memelihara hari Sabat berintikan penghormatan kepada
Allah dan penghargaan terhadap hidup yang telah Ia karuniakan.
Perintah ini bukan bertujuan membelenggu, tetapi membebaskan!
Renungkan:
Sabat bukan membuat kita pasif tetapi proaktif, sebab dengan
mengutamakan Tuhan saja kita dapat menghargai sesama dan hidup
ini.