Bertemu yang Mahakudus
    Ada dua cara seorang raja berkunjung ke wilayah kekuasaannya 
    untuk bertemu dengan rakyatnya. Secara incognito, yaitu ia 
    datang tanpa upacara dan pakaian resmi agar ia dapat langsung 
    membaur dengan rakyatnya. Atau, dengan segala kemegahan dan 
    kebesaran seorang raja untuk menyatakan status dirinya sebagai 
    pemilik dan penguasa.
Kepada Israel yang sudah menyatakan komitmen mereka untuk 
    mengikatkan diri mereka kepada-Nya dalam Perjan-jian Sinai (ayat 
    9), Allah datang dengan kedahsyatan hadirat-Nya. Allah 
    menyatakan kedahsyatan diri-Nya melalui berbagai gejala alam, 
    seperti gempa bumi, petir, dan awan pekat yang menggentarkan 
    Israel. Melalui kejadian-kejadian itu, Israel sadar diri sebagai 
    makhluk fana yang gentar menghadap Allah Sang Penguasa bumi dan 
    segala isinya (ayat 16-18). Suasana surgawi karena suara 
    sangkakala yang keras menyatakan bukti bahwa Allah adalah Sang 
    Raja surga dan bumi. Sebagai raja, Allah berhak menuntut umat-Nya 
    taat melakukan kehendak-Nya. Sebagai umat-Nya, Israel tunduk 
    mengikuti perintah-Nya. Melalui Musa, Allah terus-menerus 
    mengingatkan Israel agar mempertahankan kekudusan sebab itulah 
    syarat untuk layak menyambut Allah (ayat 10-15; 21-22).
Mengapa Allah datang dengan segala kemegahan-Nya? Karena Ia ingin 
    umat-Nya melihat dan menyadari kebesaran Allah sehingga tidak 
    sembarangan bersikap saat mereka menghampiri Dia. Kekudusan 
    Allah menyebabkan tidak seorang pun yang mampu bertahan 
    berhadapan langsung dengan-Nya. Itu sebabnya Musa dijadikan 
    Allah perantara agar umat-Nya dapat mendengar dan mendekat 
    kepada-Nya (ayat 9). Bagi kita pengantara satu-satunya adalah 
    Tuhan Yesus. Karena Tuhan Yesus, kita didekatkan dengan Allah 
    dan dilayakkan masuk ke hadirat-Nya. Di dalam Kristus Yesus kita 
    dikuduskan.
Camkan:
    Tanpa pengudusan Kristus tidak seorang pun dapat melihat Allah 
    (Mat. 5:8).