Pemimpin yang bersedia belajar
Syarat-syarat penting bagi seorang pemimpin yang ingin sukses
adalah memiliki visi yang jelas, berintegritas tinggi, mempunyai
ketrampilan kepemimpinan yang andal, dan selalu bersedia
belajar.
Musa memiliki visi yang jelas. Allah sendiri memilihnya untuk
memimpin Israel masuk ke Tanah Perjanjian. Musa yakin akan
panggilannya itu karena ia telah melihat bagaimana Tuhan
memakainya mengeluarkan Israel dari perbudakan Mesir. Hal
tersebut juga diakui oleh Yitro, mertua Musa, yang datang
mengunjunginya (ayat 10-11). Integritas Musa pun telah teruji
oleh waktu. Ia tulus memimpin umat Israel bahkan kelak ia rela
berkorban agar Israel tetap dipelihara dan diberkati oleh Allah
(lih. 32:32).
Namun, Musa belum menjadi pemimpin yang andal. Ia masih harus
belajar bagaimana memimpin umat yang jumlahnya ratusan ribu itu
dengan bijaksana. Mula-mula pola yang ia terapkan bersifat masal
dan individual. Ia sendiri yang memimpin orang Israel secara
menyeluruh dan ia juga yang menyelesaikan semua masalah pribadi
mereka. Akibatnya, Musa kecapaian dan bisa menyebabkan
keputusan-keputusannya tidak lagi bijak. Yitro pun melihatnya
dan memberikan saran untuk Musa. Di sinilah, Musa menunjuk-kan
jiwa besar seorang pemimpin, yaitu bersedia belajar dari orang
lain. Nasihat Yitro agar ia mendelegasikan tugas kepemimpinannya
kepada orang lain yang cakap dan berintegritas tinggi
disambutnya dengan sepenuh hati (ayat 18:24-26). Hasilnya, Musa
dapat menggembalakan Israel dengan baik.
Tidak ada pemimpin yang sempurna, kecuali Tuhan Yesus. Oleh karena
itu, tidak boleh ada pemimpin yang bersikap sudah tahu segala
sesuatu sehingga ia menganggap dirinya tidak perlu lagi belajar.
Tuhan dapat mengajar kita lewat firman-Nya, melalui para
pemimpin lain, bahkan juga lewat orang-orang yang kita pimpin.
Renungkan:
Kesediaan seorang pemimpin menerima saran berarti menunjukkan
`kebesaran jiwanya\'.