Percaya dan harta
    Banyak orang merasa khawatir akan kehidupannya. Khawatir 
    sebenarnya menunjukkan ketidakpercayaan kita kepada Tuhan. Entah 
    kita merasa Tuhan tidak mengerti dan tidak peduli akan kebutuhan 
    kita, atau bahkan kita tidak yakin Dia mampu menolong kita. 
    Akibatnya, kita tidak mampu taat kepada firman-Nya.
Kondisi seperti itu yang dihadapi oleh umat Israel. Ketika mereka 
    bersungut-sungut karena kekurangan makanan, Allah menjawab 
    mereka dalam kepedulian dan kemaha-kuasaan-Nya (ayat 12-14). Ia 
    menyediakan manna yang langsung dikirim-Nya dari langit. Ia 
    secara ajaib memelihara mereka. Allah mengirimkan pula burung 
    puyuh agar mereka bisa menikmati daging. Allah memakai alam 
    mencukupi kebutuhan umat-Nya. Tindakan Allah ini menunjukkan 
    kesetiaan sekaligus kemahakuasaan-Nya terhadap umat yang berseru 
    kepada-Nya. Seharusnya mereka percaya kepada Allah. Namun, umat 
    Israel tidak sepenuhnya percaya akan pemeli-haraan Tuhan. Itu 
    membuat mereka khawatir tentang kebutuhan jasmani mereka. 
    Akibatnya mereka tidak taat ketika diperintahkan untuk hanya 
    mengumpulkan manna sesuai kebutuhan keluarga mereka (ayat 19-20).
Pernyataan iman kita terbukti melalui sikap dan tindakan nyata kita. 
    Tidak cukup hanya mengaku percaya bahwa Allah Mahakuasa dan 
    Mahakasih. Ungkapan kepercayaan tersebut seringkali hanya di 
    bibir saja sebab tatkala diperhadapkan masalah, kita memilih 
    menyelesaikannya dengan kekuatan sendiri. Hal itu membuktikan 
    bahwa sebenarnya kita meragukan Allah. Cara kita mendapatkan 
    nafkah dan bagaimana kita menggunakannya adalah ungkapan iman 
    kita sesunguhnya. Kekhawatiran dan keserakahan adalah tanda 
    ketidakpercayaan. Kepercayaan akan terwujud dalam kesahajaan, 
    kemurahan terhadap sesama, serta ucapan syukur yang berlimpah.
Renungkan:
    Percaya sejati selalu mewujudkan ketaatan melakukan firman 
    Tuhan.