Kebebasan.

1Korintus 11:2-16
Minggu ke-15 sesudah Pentakosta

"Wanita dijajah pria sejak dulu ...." Syair lagu ini
menggambarkan bahwa perempuan hidup dalam bayang-bayang kekuasaan
laki-laki. Baik budaya yang berlaku dalam masyarakat Yahudi
maupun masyarakat di Korintus, status perempuan sangat
direndahkan. Dalam masyarakat Yahudi, hanya laki-laki yang
diperkenankan memimpin doa dalam sinagoge, sedangkan di Korintus,
khususnya dalam penyembahan kepada dewi kesuburan di kuil-kuil
penyembahan, para perempuan dijadikan pelacur bakti untuk menarik
orang kepada penyembahan berhala. Dalam tradisi orang Yahudi pun,
perempuan tidak memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan laki-
laki.


Namun, dalam perikop ini, Paulus memberikan kebebasan kepada
perempuan di dalam gereja. Hal ini tampak dari diperbolehkannya
mereka melayani -- berdoa dan bernubuat -- dalam gereja. Namun,
di samping kebebasan itu, Paulus memberikan persyaratan yaitu
bahwa dalam kebebasan untuk melayani, perempuan harus mengenakan
tudung (ayat 7). Mengapa? Pertama, rambut perempuan menjadi pusat
dari nafsu laki-laki pada dunia kuno Mediterania. Bagi mereka
yang sudah menikah, jika tidak menudungi kepalanya itu menandakan
ketidaksetiaannya kepada suaminya, dan sedang mencari laki-laki
lain. Mereka akan menjadi sama para perempuan tunasusila yang
memang sedang mencari laki-laki. Kedua, dalam dunia Yunani dan
Yahudi suami adalah kepala dari isteri (ayat 3,8). Sehingga
ketika istri tidak menudungi kepalanya, ia menghina suaminya.
Itulah sebabnya Paulus menginginkan suatu perbedaan yang sangat
hakiki bagi perempuan yang melayani, yaitu bahwa dia adalah
perempuan yang setia terhadap suami, dan menghormati suaminya.


Renungkan:
Pengajaran Paulus mengingatkan kita bahwa kebebasan yang Allah
berikan kepada kita untuk melayani, haruslah digunakan untuk
menyinarkan kemuliaan kepala kita, yaitu Allah.

Scripture Union Indonesia © 2017.