Nahum 3
Minggu Advent 3


Surga yang sunyi.

Ketika manusia mengharapkan sebuah respons namun tak terbalas,
kesunyian itu mulai mengerikan. Manusia masuk ke dalam misteri
tak bertara, membuatnya takut, sedih, kadang murka. Bagaimana
pula bila surga menjadi sepi, tiada lagi kata-kata Ilahi
menjumpai yang insani? Manusia butuh penjelasan yang rasional.
Ia butuh bahasa. Dalam bahasa, manusia menjejak di dalam
dunianya.Habakuk pun membutuhkan kata dan fakta. Ia bertanya-
tanya bak seorang yang gelisah, setengah memaksa. Setelah Yosia
mangkat di Megido, Yoahas, anaknya, menggantikan dia. Namun,
Nekho (raja Mesir) yang pro Asyur kemudian menangkap Yoahas dan
melantik Yoyakim, anak Yosia yang lain untuk menjadi raja.
Yoyakim pun naik menjadi raja—dan kembali berhala-berhala Asyur
ditegakkan di Yerusalem. Tragedi terjadilah. Kelaliman,
ketidakadilan, penindasan, kekerasan, itu semua tak pernah lepas
dari kerajaannya (Yer. 22:13-19).


Menyaksikan itu semua, Habakuk berteriak, "Kekerasan!" Di mana
Allah? Di mana keadilan? Mengapa Allah diam saja? Allah ternyata
tidak berpangku tangan (ayat 5-11). Ketika mulut-Nya terbuka,
bangsa-bangsa tercengang. Yahweh meminta Habakuk "melihat" dan
"memperhatikan" keajaiban, suatu respons terhadap kejahatan yang
"diperlihatkan" kepada Habakuk. Orang-orang Kasdim (Babel) akan
datang seperti teror, menjadi alat Tuhan menghantam kelaliman.
Orang-orang yang sombong akan menerima upahnya.


Waktu berlalu dan pukulan Allah telah lewat. Surga kembali sunyi.
Habakuk pun berteriak lagi (ayat 12-17). Harapannya sirna. Dalam
kesunyian, Ia meminta Allah berbicara dan bertindak. Namun,
respons Allah di luar dugaannya. Kekerasan dibalas dengan
kekerasan yang lebih dahsyat! Bagaimana mungkin Allah menyapu
Yoyakim dengan Kasdim yang begitu laknat? Bukankah Allah itu
adil dan kudus, yang bebas dari hutang darah, bebas dari noda
hitam? Namun, Allah berdiam diri (ayat 13). Manusia tak berdaya
seperti ikan-ikan yang siap dipotong. Sebaliknya, Babel
bersukacita.


Renungkan:

Ketika surga sunyi, Allah sedang berpikir. Pikiran-Nya tidak
sama dengan milik kita. Harapkan yang tak terharapkan!

Scripture Union Indonesia © 2017.