Kewajiban umat adalah bertobat.
Penghukuman memang harus dialami Israel sebagai akibat dosa
mereka. Namun penghukuman itu adalah langkah Allah untuk
mengembalikan milik-Nya pada relasi yang semula. Akan tetapi
pemulihan itu tidak akan terjadi jika Israel tidak meresponi
sikap dan kebaikan Allah itu. Kewajiban yang harus dilakukan
umat ialah berjalan pada jalan Allah. Dan apabila Israel mau
berjalan pada jalan Allah lagi, maka Israel harus
bertobat/berbalik kepada Allah dengan jalan-jalannya. Itulah
sebabnya Hosea menyerukan kepada Israel untuk bertobat dan
menyesali perbuatan-perbuatan mereka. Pertobatan Israel tidak
dengan sendirinya menyebabkan pemulihan hubungan dengan Allah
terjadi. Sebab pemulihan hubungan itu adalah hak Allah semata-
mata; sedangkan bertobat dan menyesal adalah kewajiban umat.
Bertobat dan menyesal ialah mengakui semua kesalahan dan
berjanji untuk tidak mengulangi penyimpangan-penyimpangan yang
pernah dilakukan (ayat 2-4), seperti menyembah berhala, berhenti
bersandar pada kekuatan bangsa-bangsa lain, dan juga berhenti
menindas orang lemah.
Panggilan untuk bertobat mestinya terus-menerus didengungkan, karena
manusia mempunyai sifat lengah dan gampang tergelincir. Padahal,
pertobatan itu adalah kewajiban yang harus berlangsung terus
menerus. Mengapa harus terus menerus? Karena manusia harus terus
menerus mempertahankan sikap setia kepada Allah. Artinya manusia
mesti berjalan pada jalan Allah. Tidak ada waktu yang bukan
waktu dari Allah. Karena itu seluruh hidup orang percaya harus
merupakan perwujudan kehendak Allah. Pemulihan hubungan oleh
Allah adalah hak Allah sendiri, tetapi bertobat adalah kewajiban
manusia. Pemulihan hubungan antara Allah dengan manusia telah
Allah lakukan melalui peristiwa kelahiran Yesus Kristus. Karena
itulah kita selalu dituntut untuk bertobat.
Renungkan:
Pertobatan tidak boleh dianggap sebagai jalan untuk mencapai
damai sejahtera, tetapi kita dituntut untuk bertobat supaya
damai sejahtera yang telah Allah berikan itu tetap terpelihara
dalam kehidupan kita.