Klimaks penghukuman Allah.
Akar dosa Israel terletak pada sikap Israel yang menyimpang dari
perjanjian dan menolak taurat Tuhan (ayat 1). Maka jelaslah
mengapa teguran-teguran Allah melalui berbagai malapetaka tidak
membawa manfaat, dan mereka tetap berkanjang dalam dosa-dosa
mereka. Tidak ada pilihan bagi Allah selain memutuskan untuk
menimpakan malapetaka peperangan, hingga mereka binasa, dan
dibuang ke negeri asing (ayat 13).Apa yang dialami bangsa Israel
juga disebabkan oleh pemimpin atau raja Israel, karena mereka
yang memerintah tidak diangkat atas persetujuan Allah. Padahal
jelas-jelas Allah memberikan persyaratan yang harus dipenuhi
oleh seorang pemimpin atau raja Israel, yaitu: [1]. Pemimpin
atau raja Israel seharusnya seorang yang dipilih, dan diangkat
atas persetujuan Allah (ayat 4). bukan diangkat berdasarkan
persekongkolan para pemuka yang berjuang untuk kelompoknya. [2].
Pemimpin atau raja harus memiliki kesadaran integritas dan
solidaritas yang tinggi sebagai umat Allah (bdk. Ul. 17:14-20).
Ternyata para raja dan pemuka bangsa memerintah dengan lalim.
Dalam kepemimpinan umat Allah, peranan Allah dan ajaran-ajaran-Nya
harus mendapat tempat yang sentral. Pengajaran/taurat Allah yang
berintikan kasih, kebenaran, kebaikan dan keadilan Allah
merupakan landasan kepemimpinan Allah. Jika itu yang menjadi
dasar pemerintahan umat Allah, pasti tidak akan ada penindasan,
tidak akan ada ketamakan, dan terutama tidak meninggalkan Allah.
Renungkan:
Kita semua adalah pemimpin, paling tidak bagi diri kita sendiri.
Apakah tingkah laku, pikiran, dan perkataan kita mencerminkan
taurat-Nya?