Mazmur 147
Minggu Ke-27 sesudah Pentakosta


Nyanyian syukur bagi Tuhan.

Memuji Tuhan bisa dilakukan dengan kata, namun juga perlu
terpancar dalam hidup. Pemisahan antara pujian dengan suara dan
pujian dengan tindakan membuat hidup kita terpecah. Tidak
demikian dengan mazmur yang kita baca ini. Mazmur ini dimulai
dengan memusatkan perhatian pada ibadah di Bait Allah Yerusalem,
dan merajut tema kemurahan hati Allah dan ciptaan-Nya. Allah
berbelas kasih untuk memulihkan kembali mereka yang telah
dibuang dan diserakkan (ayat 2-3). Ia berada luar jangkauan
manusia, sehingga kasih setia-Nya sulit untuk dipahami.


Dengan alat musik dan nyanyian, sekarang jemaat diundang untuk
menyanyikan nyanyian syukur kepada Allah (ayat 7-11). Kebaikan-
Nya terlihat jelas dalam alam ciptaan, dengan menyediakan hujan
dan makanan. Bahkan anak-anak gagak yang biasanya ditinggalkan
induknya pun diberikan makanan oleh Allah. Betapa jauh lebih
besar Allah mengasihi manusia. Allah juga tidak ingin manusia
sombong dan hidup berdasarkan kekuatannya sendiri. Allah senang
kepada mereka yang dengan rendah hati mau bersandar sepenuhnya
kepada Tuhan, yang berharap pada kasih setia-Nya.


Bagian ketiga mengundang Yerusalem untuk memuji Tuhan karena
pemeliharaan-Nya yang senantiasa. Pemeliharaan ini terwujud
dalam berbagai cara. Allah menjamin keamanan kota dan memberikan
keyakinan bahwa akan ada populasi yang terus bertahan di kota
itu. Allah memberikan shalom bagi seluruh daerah. Istilah shalom
di sini berarti satu keadaan yang ideal, penuh bahagia dan semua
kebutuhan tercukupi. Masyarakat damai dan sentosa. Siklus alam
juga ada dalam pemeliharaan tangan Allah, mulai dari salju turun
sampai mencair lagi dan demikian seterusnya. Allah mengendalikan
alam secara sempurna.


Yang lebih mengagumkan, pemeliharaan Allah dinyatakan dalam hubungan
perjanjian dengan umat-Nya. Umat-Nya harus hidup di bawah
ketetapan Allah karena itu adalah hak istimewa Israel.


Renungkan:

Memuji Tuhan tidaklah berarti apa-apa jika tidak disertai dengan
ketaatan mutlak.

Scripture Union Indonesia © 2017.