Patutlah Allah dipuji dan disembah sepanjang abad.
Di pasal 15 ini—melalui penglihatan Yohanes—kita diingatkan
kembali tentang sifat Allah yang adil dan benar; Allah yang
menghukum dan memulihkan; Allah yang dalam segala perbuatan-Nya,
selalu mengingatkan umat akan perbuatan-perbuatan-Nya terdahulu.
Dalam penglihatan Yohanes, kita melihat dua hal. Pertama,
penglihatan Yohanes yang sangat serupa dengan keadaan yang
terdapat di kitab Keluaran pasal 14 dan 15 (ayat 2). Penglihatan
ini memaparkan kepada kita tentang ungkapan syukur orang-orang
Israel kepada Allah ketika menyeberangi Laut Merah, dan
diselamatkan dari kejaran orang-orang Mesir, yang tewas dalam
laut. Ungkapan syukur bagi Allah tersebut mereka kumandangkan
lewat nyanyian pujian di tepi laut itu. Dalam nyanyian tersebut
terungkap pengakuan kekal sepanjang masa bahwa Allahlah yang
membebaskan mereka. Bahkan dalam setiap upacara pengorbanan
domba Paskah, nyanyian ini yang terus-menerus dinyanyikan. Hal
menarik untuk kita perhatikan, yaitu mengenai dua nyanyian:
nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba (ayat 3-4) – dalam
Perjanjian Baru, Anak Domba adalah sebutan untuk Yesus Kristus.
Mengapa kedua nyanyian tersebut saling terkait? Pembebasan yang
Allah demonstrasikan melalui Musa di Perjanjian Lama, yang
adalah fakta sejarah, mengarahkan kita pada fakta pembebasan
yang sempurna dan sejati dalam Perjanjian Baru, yaitu
pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.
Kedua, Yohanes melihat sesuatu yang menakutkan (ayat 5-8). Dia
melihat tujuh malaikat yang menampakkan kekudusan Allah sambil
membawa tujuh malapetaka (ayat 6). Ketujuh malapetaka ini masih
merupakan perwujudan murka Allah yang terakhir (ayat 1,7).
Penglihatan ini mengingatkan umat bahwa benar ini adalah hukuman
yang terakhir, yang mengakhiri murka Allah. Tetapi, justru dalam
penghukuman terakhir inilah, Allah mencurahkan penghukuman yang
sebenar-benarnya, dan sepenuh-penuhnya.
Renungkan:
Orang Kristen yang bijaksana adalah orang Kristen yang memiliki
sikap takut kepada Tuhan.