Binatang-binatang yang mengerikan.
Dalam upaya memerangi umat Allah, sang naga menggunakan berbagai
cara. Wahyu 13 menuturkan skenario besarnya, yakni dengan
memperalat negara dan agama. Kelihatannya hal itu sangat kena-
mengena dengan keadaan umat manusia pula.Di tengah kekacauan
bangsa-bangsa (laut), keluarlah sosok binatang yang sangat kuat
lagi mengerikan. Berkepala tujuh yang bertuliskan nama-nama
hujat dengan tanduk sepuluh, bermahkota, dan bersosok mirip
macan tutul, beruang, dan singa. Tak pelak lagi kekuasaan
politik dan para penguasanyalah yang sedang digambarkan di sini.
Di zaman Yohanes, ini menunjuk kepada Kekaisaran Romawi,
terutama dengan raja-rajanya yang antikristen. Iblis berada di
balik kekuasaan politik dan para penguasanya, sehingga mereka
berani meninggikan diri di hadapan Allah (Domitianus menuntut
diakui sebagai Tuhan dan disembah sebagai Allah), menuntut
penyembahan rakyat, dan menganiaya para pengikut setia Kristus.
Bukan hanya itu, Iblis juga bekerja dalam lingkup yang kelihatan
lebih halus, yakni wilayah rohani. Binatang ganjil keluar dari
dalam bumi, dengan dua tanduk seperti anak domba dan berbicara
laksana sang naga. Ia menjadi pelaksana kuasa binatang yang
pertama dan dengan itu ia mengajak seluruh bumi dan semua
penghuninya menyembah binatang yang pertama. Melalui pengaruhnya
yang sangat luar biasa, ia menyebabkan hampir semua orang
menerima tanda sang binatang pertama di dahi mereka. Orang-orang
itu menyediakan diri menjadi pengikut dan penyembah kekuasaan
politik bersifat tirani dan memusuhi Allah. Namun demikian,
penglihatan yang seram ini diimbangi dengan ungkapan bahwa
bilangan binatang itu enam ratus enam puluh enam adalah suatu
kiasan tentang penolakan dan pemberontakan manusia kepada Allah
yang sempurna dan kegagalan tuntutannya untuk menjadi sama
dengan Allah.
Renungkan:
Negara maupun agama bisa berperan sebagai sarana anugerah umum
demi mengekang penyebarluasan dosa tetapi juga bisa menjadi alat
Iblis untuk melawan Kristus dan umat-Nya.