Pergumulan dengan Sang Naga.
Penglihatan berikutnya, yang mengawali bagian kedua Kitab Wahyu
(pasal 12-22) menampilkan seorang wanita dengan ciri kemuliaan,
anaknya, dan sang naga. Perempuan tersebut merepresentasikan
umat Allah, yang dalam segala penderitaan, pergumulannya menjadi
sarana yang melaluinya Sang Mesias, Juruselamat hadir ke dalam
dunia (bdk. Rom 9.5). Sebagaimana diisyaratkan dalam Kej 3.15,
keturunan sang perempuan akan meremukkan kepala si ular,
sementara si ular "hanya" (sanggup) meremukkan tumitnya.
Maksudnya adalah, pertarungan hidup-mati antara keturunan sang
perempuan dengan si ular yang berakhir dengan kekalahan mutlak
si ular dan tersalib hingga matinya sang anak. Sang naga alias
Iblis tidak tinggal diam. Ia bermaksud membinasakan anak itu
sejak semula. Itulah sebabnya ia melancarkan serangan-serangan
dahsyat kepada umat Allah. Targetnya jelas: jangan sampai sang
anak lahir. Dalam perspektif ini, riwayat umat Allah dalam PL
merupakan gambaran pergumulan umat Allah dengan si jahat.
Bahkan dalam masa kanak-kanak-Nya pun, Yesus sang anak berada di
bawah bayang-bayang maut si jahat, yakni melalui Herodes Agung.
Di sepanjang perjalanan pelayanan Yesus, Iblis juga terus
membayang-bayanginya. Namun Iblis gagal total. Kuasa sang anak
ternyata jauh lebih besar daripada kekuatannya.
Kehadiran Sang Putra membawa kekalahan telak bagi Iblis. Seperti
kata Yesus, kedatangan-Nya ke dalam dunia ini laksana seorang
yang merampok rumah seorang kuat. Ia menaklukkan Iblis, dan
kemudian melalui Injil-Nya, manusia diselamatkan. Meskipun Iblis
murka, tetapi ini menjadi pertanda bahwa nasib akhirnya sudah
ditentukan dan tinggal menunggu waktu untuk menjalani kekekalan
dalam penghukuman ilahi. Itulah sebabnya ia berupaya sekuat
tenaga memerangi pengikut setia Kristus. Namun, Allah melindungi
umat-Nya, meski mereka tetap harus mengalami berbagai-bagai
perjuangan.
Renungkan:
Iblis, dalam murkanya, berusaha membinasakan umat Allah. Namun
umat Allah, meskipun tetap harus menjalani pergumulan,
dilindungi-Nya.