Apakah yang terutama dalam hidup ini? Ini tampaknya

Lukas 18:18-30
Minggu Sengsara 5

merupakan strategi yang dijalankan oleh orang kaya dalam bacaan
kita hari ini. Di hadapan masyarakat umum, ia mempunyai
kehidupan moralitas yang tidak tercela karena ia telah mentaati
Hukum Taurat yang berbicara tentang hubungan antar manusia (ayat 20).
Sebagai pengusaha ia bersih luar dan dalam. Sebagai anak pun ia
termasuk anak yang berbakti kepada orang-tua. Kehidupan
moralitas yang mengagumkan ini bukan baru dijalani satu atau dua
tahun. Sebaliknya ia telah menjalani kehidupan untuk waktu yang
lama. Kesetiaan dan ketahanujiannya sudah terbukti.


Apa yang orang kaya lakukan ini, bagi Allah tidaklah cukup.
Allah masih menuntut kesempurnaan dalam menaati Hukum Taurat.
Dalam hal ini si orang kaya itu masih belum mengungkapkan
ketaatannya terhadap hukum yang pertama dan yang utama. Kualitas
hubungan dengan Allah yang dituntutNya tidak sekadar suatu
ketaatan agama seperti memberikan persembahan korban tiap bulan,
bahkan tiap hari. Lebih lagi, Allah menuntut tempat terutama di
dalam hati, jiwa, dan pikiran seseorang.


Perintah Yesus kepada orang kaya itu untuk menjual seluruh
hartanya, membagi-bagikan kepada orang miskin, dan mengikut
Tuhan merupakan suatu ujian untuk mengetahui dimanakah orang
kaya itu menempatkan hati, jiwa, dan pikirannya. Dari perintah
itu terungkaplah bahwa ia tidak menempatkan Allah pada porsi
utama dalam hidupnya. Bahkan bagi dirinya, nilai hidup kekal
yang ia ingin dapatkan tidak lebih besar dari kekayaan yang ia
miliki. Melalui ujian itu terungkaplah bahwa ia tidak sungguh-
sungguh secara utuh menggenapi Hukum Taurat Padahal Allah
menuntun ketaatan yang sempurna. Karena itulah murid-murid
bertanya siapakah yang dapat diselamatkan. Yesus meresponi
pertanyaan murid-murid-Nya dengan menegaskan bahwa bagi Allah
tidak ada yang mustahil. Bahkan Dia menambahkan bahwa ada banyak
hal-hal lain yang jauh melebihi dari apa yang pernah mereka
miliki baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang yang
akan mereka terima (ayat 30). Itu semua dimungkinkan karena kuasa
Allah.


Renungkan: Allah telah membuat ketidakmungkinan menjadi
kemungkinan melalui kasih-Nya yang melampaui segala kemungkinan
yang dapat dipikirkan manusia.

Scripture Union Indonesia © 2017.