Penggunaan uang dalam Kekristenan. Cara yang dipakai oleh

Lukas 16:1-18
Minggu Sengsara 4

sang bendahara dalam perumpamaan ini bukanlah cara yang benar.
Namun demikian kita bisa meneladani kejelian dan kecerdikannya
dalam merencanakan masa depan. Ia menyadari bahwa dia akan
segera meninggalkan jabatannya dan tentunya akan kehilangan
otoritas di dalam mengelola harta tuannya. Karena itu ia
menggunakan kesempatan yang masih ada, untuk menjalin
persahabatan dengan menggunakan harta tuan-nya. Tujuannya jelas,
supaya ia nantinya mendapat balasan dengan diberi tumpangan.


Apa yang diutarakan dalam perumpamaan ini menggambarkan posisi
kita sebagai Kristen dalam hubungannya dengan harta. Tak satu
pun harta yang ada pada kita dalam hidup ini adalah milik
kita. Kita hanyalah dipercayai untuk mengelolanya. Suatu saat
kita akan meninggal-kan semuanya. Karena itu ketika kita masih
mempunyai wewenang atas Mamon yang tidak jujur, kita harus
menggunakannya untuk membangun persahabatan yang bernilai kekal.
Karena itulah penggunaan uang bagi Kristen bukanlah hal yang
sepele. Meskipun bila dibandingkan dengan kekayaan sorgawi,
nilainya sangat kecil, namun cara kita menggunakan yang sangat
kecil ini dapat menunjukkan apakah kita orang yang setia atau
tidak (ayat 10-12). Apakah kita adalah hamba yang layak dipercaya
untuk mengelola harta titipan "Tuan" kita?


Dalam hal penggunaan harta itu, apakah kita menggunakannya
untuk melayani Allah ataukah harta itu akan mempergunakan kita
untuk melayaninya? Janganlah kita seperti orang-orang Farisi
yang tidak hanya menjadi hamba uang, namun juga kehidupan
perkawinannya diwarnai dengan kawin cerai (ayat 14, 18). Walau
demikian mereka masih menganggap apa yang diajarkan Yesus
terlalu kaku sehingga mereka mencemoohnya. Mereka menilai
tindakan mereka berdasarkan standar mereka sendiri., sedangkan
Yesus menilainya berdasarkan standar Allah yaitu hukum Ilahi
yang ideal dan bukan sekadar legalisme atau tradisi.


Renungkan: Manakah yang akan Anda lakukan: menggunakan uang
untuk pekerjaan Tuhan seperti membeli Alkitab bagi suku-suku
terasing di pedalaman atau menggunakannya untuk kenikmatan
pribadi seperti makanan, pakaian, bepergian, dlsb.? Kita perlu
menyoroti cara penggunaan uang dengan standar Allah bukan dengan
standar kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.