Kuatkanlah Hatimu!

Kisah Para Rasul 22:30–23:11
Minggu ke-7 sesudah Epifania
Siapa yang tidak mengenal Martin Luther, Sang Bapak Reformasi Gereja? Pada abad ke-16, Paus Leo X pernah mendiskreditkan ajaran Luther. Akibatnya, Luther harus menghadiri sidang di Worms pada tahun 1521. Sidang itu memaksa Luther agar menarik seluruh ajarannya. Namun, Luther teguh bagai batu karang, ”Di sini aku berdiri. Kiranya Tuhan menolongku. Amin.”
Keberanian seperti itu pernah juga dilakoni Paulus. Setelah kepala pasukan urung menyesahnya (22:29), ia diserahkan kepada Mahkamah Agama (22:30). Sidang terpaksa digelar untuk meneliti tuduhan orang-orang Yahudi kepadanya.
Lukas menuliskan keberanian Paulus dalam mempertahankan imannya di hadapan Mahkamah Agama (1). Bahkan ketika Imam Besar Ananias menyuruh orang untuk menamparnya, ia tidak gentar (2-3). Walau tertekan (4), Paulus malah dengan cerdik memecah suara para pembencinya (6). Ia memanfaatkan perbedaan doktrin antara orang Farisi dan Saduki.
Orang Saduki tidak percaya pada kebangkitan dan keberadaan malaikat atau roh. Sedangkan, orang Farisi percaya pada keduanya. Hal itu menimbulkan keributan besar di antara mereka. Orang Farisi kemudian membela Paulus setelah mengetahui bahwa ia juga seorang Farisi. Keributan besar itu membuat kepala pasukan membawa Paulus kembali ke markas (7-10).
Tindakan Paulus itu membutuhkan keberanian yang besar. Tentu saja kekuatannya datang dari Tuhan. Hanya mereka yang ada di sisi Allah yang mampu bertindak seperti itu (11). Hati yang berani bagi kebenaran adalah anugerah Allah semata.
Sebagai orang Kristen, kita mungkin pernah mengalami diskriminasi dan ketidakadilan. Masyarakat mengucilkan, menolak, bahkan menganiaya kita. Dari pengalaman Paulus, kita belajar agar tidak berkecil hati. Sama seperti Paulus, Tuhan pun akan mendampingi kita. Ia tidak berubah. Ia akan memberi kita kekuatan hati agar tetap tegar melewati itu semua.
Doa: Tuhan, berikan kami kekuatan hati untuk menjadi saksi-Mu di tengah dunia demi kemuliaan-Mu. [SL]
Sandy Liwan
Scripture Union Indonesia © 2017.