Bertelinga? Dengarlah!

Matius 13:1-17
Minggu ke-5 sesudah Epifania
Yesus mengatakan sebuah perumpamaan mengenai seorang penabur dan hasil taburannya. Yesus menceritakan hal itu kepada orang banyak. Ketika para murid mempertanyakan tindakan-Nya yang selalu berkata-kata kepada orang banyak dengan perumpamaan, Yesus merujuk pada nubuat Yesaya mengenai suatu bangsa yang mendengar, tetapi tidak mengerti serta melihat dan tidak merespons. Pada sela-sela penyampaian perumpamaan dan pertanyaan murid-murid-Nya, Yesus menyerukan: ???Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!??? (9). Seruan supaya orang mendengar terdengar agak aneh. Orang banyak itu datang berbondong-bondong karena hendak mencari Yesus. Secara logis, mereka siap mendengar apa pun yang Yesus katakan. Namun benarkah demikian? Ketika seseorang mendengar orang lain, apakah ia selalu siap mendengarkan kata-kata orang itu sebagaimana adanya? Apakah telinga yang mendengar dibarengi dengan sikap hati yang siap menerima dan mau memahami perkataan tersebut? Tak jarang seseorang mendengar orang lain dengan kerangka pikir yang ada dalam dirinya. Ada sesuatu yang ingin dia dengar melalui mulut orang lain. Misalnya ajaran bahwa keselamatan adalah anugerah Allah dan bukan hasil perbuatan baik manusia. Pengajaran ini berdampak membawa perubahan hidup apabila diterima sebagai kebenaran hakiki bagi dirinya. Jika orang tersebut menolak mendengar dan menerima hal yang baru dan berbeda, maka cara berpikir orang itu tidak akan berubah. Demikian pula dengan Yesus yang mengajarkan konsep tentang kehendak Bapa. Memang tidak semua orang dapat menerima hal itu sebagai kebenaran hakiki yang cocok bagi dirinya. Karena setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda mengenai Tuhan dan cara kerja-Nya. Pernahkah kita ke gereja membawa suatu konsep mengenai kriteria khotbah yang baik dan benar? Bukan berarti kita harus mendengar segala sesuatu tanpa kekritisan. Marilah kita belajar ???terbuka??? pada hal-hal baru yang dapat mengubah hidup kita lebih diperkenan Allah.??
Kristi
Scripture Union Indonesia © 2017.