Arahkan Hatimu kepada Allah

Mazmur 57

Lebih gampang mana, percaya kepada Allah dalam kesuksesan atau kesukaran? Mungkin sebagian orang lebih mudah memercayai Allah saat dirinya sehat dan berkelimpahan. Tetapi tidak sedikit orang pula yang mengingkari imannya ketika mengalami kesulitan. Tidak demikian dengan pemazmur. Di tengah pergumulan dan kesulitan, ia masih bisa berharap dan percaya kepada Allah.


Percaya kepada Allah sepenuh hati adalah modal utama pemazmur. Dalam perjalanan hidupnya, pemazmur pernah mengalami kondisi yang sangat sulit. Ada sekelompok orang yang berupaya menghancurkannya. Hal ini diungkapkan pemazmur dengan gambaran singa buas yang memiliki taring yang tajam seperti tombak dan panah serta lidah bagaikan pedang (5). Kesukaran yang dialaminya hampir saja membuat imannya goyah. Di tengah tekanan para musuhnya, ia memilih mengarahkan hati dan jiwanya kepada Allah dan memohon belas kasihan-Nya (2). Ia percaya bahwa Allah akan mengirim pertolongan dan menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapinya (3).


Dalam keyakinannya, Allah hadir dan menjawab pemazmur. Allah yang perkasa membalikkan keadaan sehingga jerat yang dipasang para musuh si pemazmur menjadi senjata makan tuan (7). Itu sebabnya pemazmur merasa aman dan dapat tidur lelap walau dirinya dikelilingi siasat keji dari para musuhnya (5). Karena itulah, perlindungan Allah dilukiskan pemazmur bagaikan sayap burung yang menopang hidupnya (2). Lewat pertolongan-Nya, ia menemukan kasih setia dan kebenaran Allah (4). Tidak heran apabila pemazmur bernyanyi, bersyukur, dan bermazmur bagi Allah (8-10). Dengan cara itu, ia mengumandangkan kemasyhuran, kemuliaan, kasih setia, dan kebenaran Allah yang melampaui kekuasaan yang ada di muka bumi (6, 11).


Allah yang kita kenal dalam Kristus bukan hanya Allah yang peduli, tetapi juga senantiasa bersama dengan kita. Semua kesukaran hidup yang kita alami tidak lebih besar daripada kasih setia-Nya. Arahkanlah hatimu, maka Ia akan menolongmu. [TG]

Scripture Union Indonesia © 2017.