Terang Orang Benar

Amsal 13:1-25

Dengan ukuran seperti apakah kita ingin dinilai oleh Tuhan? Apakah dengan harta, kekuasaan, atau kesalehan? Ini adalah salah satu pertanyaan penting yang ditujukan pada diri kita. Bagaimana kita menyikapi panggilan hidup dalam kekayaan menurut ukuran Tuhan?


Amsal pada bagian ini bisa dibagi dalam tiga tema besar: Pertama, pentingnya seorang yang bijaksana memelihara kebenaran (1-6). Kedua, perenungan tentang hakekat kekayaan sejati dalam kehidupan (7-11). Ketiga, perenungan tentang akibat yang diterima baik oleh orang bijak maupun orang fasik, ketika mereka menerapkan nilai tersebut dalam kehidupan mereka (14-25).


Kunci pemahaman Amsal didapatkan dalam ayat 13-14, "Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan. Ajaran orang bijak adalah sumber kehidupan, sehingga orang terhindar dari jerat-jerat maut." Kita akan memperhatikan pemahaman bagian kedua sebagai perenungan kita saat ini. Kekayaan sejati tidak diukur berdasarkan materi, melainkan dinilai dengan ukuran kerohanian, yakni kebenaran yang memiliki nilai kekekalan.


Saat ini, ada banyak orang yang sangat kaya dalam hidupnya. Tetapi lima menit setelah mati, mereka akan segera menjadi orang yang sangat miskin. Mereka seperti orang kaya bodoh yang dituturkan oleh Injil Lukas 12. Orang kaya itu menganggap bahwa hidup hanya diukur dari tingkat keberhasilannya. Amsal 13:8-10 menegaskan, "Kekayaan adalah tebusan nyawa seseorang...Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat." Artinya, di mana muncul pertentangan, di balik itu ada kebanggaan seseorang dipertaruhkan. Karena itu betapa pentingnya datang ke Salib, sebab manusia lama kita sudah mati. Itulah satu-satunya cara bagi kita untuk menyingkirkan kebanggaan. Itulah satu-satunya cara menyingkirkan perselisihan dalam hidup Anda. [IBS]

Scripture Union Indonesia © 2017.